Orang Tua, Jangan Hanya Mengoreksi Hingga Lupa Mengapresiasi

- Advertisement - Pfrasa_F
Foto: Editor
(Dok. Pribadi)

Penulis: Afrianti Safitri

Rumah dan keluarga adalah satu-satunya tempat yang menjadi saksi dan menemani perjalanan hidup kita. Terhitung, sejak mata kita terbuka dan mulut kita bersuara untuk pertama kalinya. Namun, tidak sedikit pula, tempat yang disebut rumah dan orang-orang yang disebut keluarga itu menjadi salah satu alasan bagi seorang anak untuk kehilangan semangatnya. Keadaan seperti ini umumnya dialami oleh anak usia remaja hingga dewasa.

Hal ini disebabkan munculnya pemikiran anak yang beranggapan bahwa tidak ada yang mengerti dirinya. Tidak sedikit dari anak remaja merasa bahwa pencapaiannya tidak pernah diapresiasi dengan baik. Faktanya, masih banyak orang tua yang memiliki pemikiran primitif, karena masih membawa kebiasaan hidup di abad ke-19. Meski tidak sedikit pula orang tua yang pemikirannya sudah berkembang.

Terdengar sepele, namun keadaan ini bisa menjadi masalah besar jika terus-terusan dibiarkan. Jika seorang anak sudah memendam kekesalan sejak lama, maka bisa meledak sewaktu-waktu dan menimbulkan kesalahan yang fatal. Itu sebabnya, penting apresiasi sekecil apa pun kepada seorang anak, karena hal ini memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter anak. 

Memberikan apresiasi terhadap anak bukanlah suatu hal yang sulit, karena apresiasi sendiri berarti memberikan penilaian atau penghargaan atas suatu usaha atau pencapaian. Tidak perlu berupa barang, apresiasi bisa diwujudkan dalam bentuk ucapan, seperti pujian, ungkapan kebanggaan, hingga sesederhana ucapan selamat.

Banyak kasus di mana keributan di dalam rumah antara ibu dan anak dipicu oleh hal kecil. Contohnya, menumpahkan air dari gelas, bangun kesiangan, menjatuhkan barang, tidak merapikan kasur, dan lain sebagainya. Jika hal sekecil ini bisa menjadi masalah dan pemicu keributan, mengapa usaha dan pencapaian kecil seorang anak tidak menghasilkan apresiasi yang pantas? 

Menurut laman kompasiana.com, orang tua yang memaksakan kehendak mereka dan tidak mengapresiasi usaha serta pencapaian mereka dapat membuat seorang anak menjadi lebih tertutup, memicu tumbuhnya sikap tidak peduli, dan bahkan bisa membuat anak stres. Hal ini dirasakan karena usaha dan pencapaiannya tidak dihargai, sehingga bukan tidak mungkin anak akan mempertanyakan kegunaan dari eksistensinya di dunia.

Dalam teori strategi dan intervensi konseling, perhatian dapat diberikan dalam tiga bentuk, yaitu ekspresi wajah, komunikasi tubuh, dan perilaku verbal (ucapan). Pemberian apresiasi sendiri dapat dikategorikan sebagai pemberian perhatian melalui perilaku verbal. Apresiasi tidak harus berupa benda, tetapi bisa berupa dorongan mental, seperti kata-kata positif yang mendorong pikiran optimis.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles