Taubat dan Istighfar Sebagai Penghapus Dosa

- Advertisement - Pfrasa_F
Foto: www.google.com

Penulis: Purnama Arfah

“Siapa yang membaca Astagfirullah Laa Ilaaha Illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilahi maka akan diampuni dosanya walaupun ia pernah lari dari Medan Perang”. (HR. Abu Dawud, Al Tarmidzi, Al Thabrani, Al Hakim dan Ibnu Abi Syaibah)

Allah menciptakan manusia tidak hanya diberikan segala kemampuan jasmaniah melainkan telah dilengkapi juga kekuatan rohaniah, termasuk ketika dia berdosa. Sejatinya manusia telah diberi kemampuan untuk bangkit, dengan bertobat dan menebusnya dengan kebaikan yang lebih banyak. Hakikat dosa bukanlah bahwa Allah menciptakan dosa lalu kemudian sesudah ribuan tahun baru terpikir oleh-Nya untuk pengampunan dosa, tidak seperti itu, akan tetapi sebagaimana lalat memiliki dua sayap, di satu sayapnya terdapat penawar dan di sebelahnya terdapat racun. Demikian pula pada manusia ada dua ‘sayap’ satu sayap maksiat dan yang satu lagi sayap penyesalan.

Tobat dan Istighfar

Tobat merupakan bukti perasaan menyesal. Ini sudah merupakan kaidah umum bahwa jika seseorang memukul orang lain maka sesudahnya ia akan menyesal dan merasa bersalah, seolah-olah kedua sayapnya mengepak secara bersamaan, yaitu ketika racun beraksi terdapat pula antidotnya. Kini pertanyaannya adalah mengapa dosa itu dibuat, mengapa manusia tidak diciptakan saja menjadi suci semua tanpa cela sebagaimana pikiran orang-orang Kristen. Jawabannya adalah kendatipun ia racun namun karena terdapat sifat mematahkan di dalamnya, maka ia memiliki fungsi sebagai penawar.

Racun juga apabila sudah melalui sebuah proses maka itu akan berfungsi sebagai obat. Dari racun-racun seperti itu banyak sekali diramu menjadi obat-obatan. Dari suatu kesalahan seorang dapat belajar sehingga menjadi insan yang lebih kuat, yang lebih awas. Jika tidak ada dosa maka akan muncul racun yang lain, yaitu racun keangkuhan yang dengan itu akan menghancurkan manusia. Jadi tobat akan berfungsi menghilangkannya. Tobat akan menghindarkan manusia dari bahaya takabur dan ujub.

Bertobat dengan Memperbanyak Istighfar

Sebagai seorang mukmin mestilah kita memperbanyak istighfar dan tobat kepada Allah. Jika satu sayap sudah mengepak, artinya kita telah diperingatkan untuk kembali kepada Allah meminta ampun, dan selanjutnya memperbaiki kesalahan dengan tidak mengulanginya dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan yang baru. Jika junjungan kita yang mulia Nabi Muhammad Saw. saja masih ber-istighfar setidaknya 70 kali sehari, maka apalagi kita yang seharusnya melakukan lebih banyak lagi. Tobat itu tidak berarti hanya berlaku kepada orang yang pada saat itu melakukan dosa, tetapi tobat juga belaku untuk setiap kondisi sebagai penghadang dari potensi dosa yang bisa saja terjadi kemudian hari. Ia akan menjadi pelindung, yaitu kita yang mengenali dosa itu sebagai dosa maka ia akan lebih berhati-hati untuk menjauhi dosa tersebut.

Jika kita dengan kesungguhan hati menangis memohon ampunan kepada Allah, maka Allah dengan sifat ghofur-nya akan memaafkan kita. Seseorang yang terus ber-istighfar maka hatinya akan melihat dosa itu sebagai suatu hal yang jijik dan ia tidak ingin mendekatinya. Secara alami umat Islam telah tertanam rasa jijik akan daging babi, padahal ribuan perbuatan lainnya yang kotor tetap saja dilakukan. Jadi hikmahnya adalah Allah telah meletakkan contoh rasa jijik dan rasa tidak suka kepada daging babi, maka rasa itu jugalah yang harus ditumbuhkan kepada setiap perbuatan dosa. Dan hal itu bisa dilakukan dengan tobat dan memperbanyak istighfar.

Jika dalam diri manusia telah tertanam rasa benci pada dosa dan kemudian mengayunkan langkahnya kepada perbaikan diri, maka lama kelamaan segenap keburukannya akan menjauh. Yakinlah bahwa di dalam tobat terdapat buah-buah yang berlimpah. Ini merupakan sumber mata air keberkatan. Pada hakikatnya para wali dan orang-orang saleh adalah mereka yang bertobat dan kemudian mereka terus istiqomah dalam tobatnya.

Oleh karena itu, kita harus tingkatkan tobat  dan jadikanlah amal kita mendatangkan ridho Sang Pemilik kita. Ingatlah bahwa hukuman dari kekeliruan akidah kita akan diputuskan di akhirat nanti, keputusan menjadi orang Hindu atau Kristen atau menjadi orang Islam. Tetapi orang yang aniaya yang bergelimang dosa dan pelanggaran, di dunia ini juga ia akan mendapatkan hukuman.

Sabda Nabi Saw. berikut kiranya dapat menjadikan kita hamba-hamba yang bertobat dan memperbaiki diri:

Allah lebih senang kepada orang yang bertobat daripada orang yang haus menemukan air, orang yang mandul lalu punya anak, dan orang yang tersesat lalu menemukan jalan. Dan barangsiapa bertobat kepada Allah dengan tobat yang baik, maka Allah membuat lupa dua malaikat yang mengawasi amal tersebut (Rakid dan Atid), seluruh anggota badannya, dan tempat dalam tanah (kubur) terhadap kesalahan-kesalahan orang yang tobat dan dosa-dosanya”. (HR. Ibnu Abbas)

Ber-istigfarlah pada Tuhanmu pasti ia akan mengampuni dosa-dosamu.

Editor             : Nurul Farhana Marpaung

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles