Kisah Maryam, Kemuliaan Perempuan Dalam Kesendirian

- Advertisement - Pfrasa_F
Foto: www.google.com

Penulis: Muhammad Hisyamsyah Dani

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda, “Penghulu wanita di Surga ada 4. Maryam binti Imran, Fatimah binti Muhammad, Khadijah binti Khuwailid dan Asiyah binti Muzahim”. (HR. Thabrani).

Berbicara tentang perempuan tentulah sangat menarik. Sebab, perempuan adalah manifestasi ciptaan Tuhan. Perempuan adalah pengejawantan dari hamba Tuhan yang derajat kemuliaannya sama dengan kaum laki-laki, hanya saja kemuliaan tersebut akan berbatas dengan ketakwaan (QS. Al Hujurat:13).

Empat wanita yang disebutkan oleh Rasulullah Saw tersebut memiliki kedudukan yang istimewa di surga. Ada bagian dari 4 penghulu surga itu yang wanita manapun tidak dapat menirunya. Sebut saja, Ibunda Khadijah dan Fatimah. Keduanya mendapatkan kemuliaan karena sebagai istri dan putri Rasulullah Saw. Di samping itu, hadir Ibunda Maryam, beliau memang dipilih oleh Allah Swt untuk rahimnya dititipkan seorang nabi terkasih, Nabi Isa As. Terakhir Ibunda Asiyah, sosok terakhir ini mungkin belum familiar kita dengar. Namun, siapa sangka dari sosok mulia ini dan kelembutan tangan beliaulah Nabi Musa As tumbuh sebagai laki-laki baik dan menjadi utusan Tuhan pada bangsa Israil.

Terkait dengan sabda Rasulullah Saw di atas, tentu bukan hanya untuk mengungkit mulianya 4 wanita tersebut. Sebab jikalau demikian, ia tidak memberikan isnpirasi apa-apa terhadap kaum wanita di sekelilingnya. Terutama kemuliaan yang terpancar dari cerminan akhlak diri. Jika menyangkut tentang akhlak, maka kita akan ingat dua wanita yang dilaknat  Allah Swt, padahal mereka adalah istri dari para Nabiyullah As, yaitu Nabi Nuh dan istri Nabi Luth As. Mereka berdua adalah istri nabi yang memiliki kesalehan tinggi, namun kebaikan sikap suaminya gagal membuat mereka bergerak dalam amaliah surga. Akhlak mereka pula yang menghantarkan pada siksa dari Ilahi Rabbi, Allah Swt.

Kebaikan yang diraih para penghulu wanita surga tersebut pada dasarnya diperoleh karena kepribadian anggun yang mereka tunjukkan. Mereka memperolehnya, karena sanggup membayar harga sebuah kesungguhan. Berkorban, dengan susah payah dan mengupayakan beroleh surga untuk dirinya. Pada bagian inilah kita akan mengambil inspirasi.

Mengenal Maryam Binti Imran

Selintas mengenal dan kembali membaca sejarah tentang kisah Maryam. Siapa yang tidak kenal dengan sosoknya, seorang perempuan yang mendapat penghormatan dari Ilahi. Maryam seorang yang berhati-hati dalam menjaga kehormatan, justru dalam fase inilah ia mendapat ujian. Banyak pelajaran yang senantiasa dapat kita ambil hikmahnya dari sosok Maryam Binti Imran ini. Menekuni profesi asing bagi seorang perempuan kala itu, yaitu sebagai perempuan penjaga masjid sekaligus membersihkannya, hal ini menempa mentalnya menjadi pribadi yang kuat, mandiri, sabar, dan ulet. Satu lagi perangai mulia beliau, yaitu keterjagaan beliau dari pergaulan dengan kaum laki-laki di sekelilingnya.

Berada di Masjid, Maryam memiliki kedisiplinan yang boleh dikatakan sangat baik. Ia hanya membatasi pola kesehariannya hanya dengan dua urusan. Pertama, membersihkan area masjid yang menjadi tugasnya. Kedua, ia akan masuk ke dalam mihrab (ruangan ibadahnya) untuk menyendiri beribadah kepada Allah Swt. Dia akan berlama lama disana. Bahkan untuk sekedar mengambil jatah makanan yang disediakan untuk para penjaga masjid, Maryam menghindarinya. Hingga Allah Swt sendiri yang mengantarkan hidangan itu dari langit. “Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah Swt.

“Sesungguhnya Allah Swt memeberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab (perhitungan).” (QS. Ali Imran : 37).

Profesi Maryam merupakan hasil nazar dari orang tuanya, Imran dan isterinya. Tatkala isteri Imran mengandung Maryam, ia bernazar akan ‘menyerahkan’ anaknya itu kepada Allah sebagai pemelihara agar kelak menjadi hamba yang soleh dan selalu berkhidmat menjadi abdi setia di dalam Baitul Maqdis (Yerussalem), (QS. Ali Imran :35). Ketika tahu anak yang dilahirkan itu adalah perempuan, isteri Imran meminta kepada Allah Swt agar anaknya itu dipelihara oleh Allah dan melindunginya dari setan.

Allah swt pun menerima nazar isteri Imran lalu memerintahkan Zakaria sebagai pengasuh dan pemelihara Maryam. Menurut para ahli tafsir, Nabi Zakaria adalah paman Maryam. Konsistensi Maryam dalam menjaga pergaulan juga teruji saat ia berada dalam kesendirian di sebuah tempat yang jauh dari keramaian. Ia berjumpa dengan malaikat Jibril yang sedang menyamar sebagai pemuda yang rupawan. Kondisinya saat itu dalam keadaan kepayahan yang amat sangat dan dilanda kelaparan. Alih-alih memancing perhatian pemuda rupawan tersebut, bahkan untuk sekedar meminta bantuan pun tidak. Maryam justru terbawa rasa takut dan sibuk memperbaiki tabirnya sebagai pembatas dengan sang laki-laki tersebut.

“Maka ia mengadakan tabir (yang melindungi) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Jibril berkata : “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberikan seorang anak laki-laki yang suci”. (QS. Maryam :16-17).

Ujian Dalam Kesendirian

Kesungguhan Maryam Binti Imran untuk senantiasa menjaga kehormatan dan kesuciannya, justru ujian itu datang dari persoalan sensitif ini. Sampai suatu ketika Allah Swt memberikan keajaiban yang tidak disangka-sangka bagi Maryam. Allah mengabarkan bahwa Maryam akan mengandung seorang anak laki-laki yang namanya sudah ditentukan oleh Allah yaitu Isa, kelak yang akan menjadi Rasul Allah Swt. Maryam hamil tanpa adanya suami. Ia kembali kepada kaumnya dengan membawa seorang bayi. Maryam seorang perempuan berparas cantik, masih muda, keluar kota sendirian, lalu pulang-pulang ditangannya ada seorang bayi yang ia akui sebagai anaknya. Jelas, adakah alasan untuk tidak mengatakan Maryam sudah melakukan zina? Inilah tuduhan yang diterimanya. Tuduhan ini merupakan tuduhan yang teramat sakit dan pedih bagi seorang wanita melebihi tuduhan zina dan berselingkuh. Kita pastilah ingat, dalam syariat yang dibawakan oleh Rasulullah Saw, menuduh wanita baik-baik melakukan zina termasuk satu diantara 9 dosa besar.

Maryam tentu saja kaget bukan kepalang, bagaimana mungkin dia kan mengandung. Padahal dia belum menikah, dan belum pernah tersentuh maupun berhubungan dengan lelaki manapun. Tentu saja, sebab Maryam kerjanya setiap hari hanyalah berkhidmat kepada Allah di Baitul Maqdis. Allah menjawab, bahwa hal itu mudah saja bagiNya, kun fayakun, maka apapun yang Dia kehendaki pasti akan terjadi. Dialah Allah Swt Yang Maha Pencipta.

Begitulah kisah Maryam, wanita yang sampai meninggalnya, hidup tanpa adanya pasangan dan mulia dalam kesendirian. Semuanya dilakukan tanpa adanya pasangan. Hal ini sangat berbeda sekarang bila kita lihat kondisinya. Di sisi lain beliau harus terus menerima kenyataan beberapa orang yang masih menuduhnya sebagai perempuan yang buruk. Perbedaan yang sangat kontras terasa bila kita kaitkan dengan masalah umat saat ini. Berlomba-lomba memamerkan kemewahan dan kebahagiaan bersama pasangan yang belum tentu menjadi pasangan tetapnya kelak. Berkompetisi saling merebut simpati dan orang orang di sekeliling kita. Justru Maryam setiap hari harus menerima hujatan yang begitu dahsyat dari umat.

Perempuan sekali lagi memiliki peran yang begitu bagus dan bisa pula jatuh ke dalam lembah keburukan. Perempuan sejatinya cukuplah menunjukkan kemewahannya kepada sang pemilik hati kelak. Tanpa harus mengumbar hegemoni yang pada akhirnya akan berujung kepada keburukan. Momentum perbaikan perempuan menuju analisis yang lebih baik lagi. Terutama perbaikan akhlak pribadi. Semoga kisah Maryam di atas menjadikan pelecut semangat dan mengandung nilai nilai pembelajaran serta inspirasi hidup. Semoga sekali lagi, kisah Maryam, sosok perempuan tangguh dan pilihan Tuhan dapat memberikan value of life (nilai kehidupan) dan memberdayakan perempuan sebagai insanul kamil yang akhirnya akan menjadi inspirasi bagi banyak perempuan, khusunya umat muslim di Indonesia. Semoga ada manfaatnya. Wallahu ‘Alam.

Editor                         : Siti Arifah Syam

 

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles