Yakin Berbahasa yang Satu?

- Advertisement - Pfrasa_F
Ilustrasi banyak bahasa. (Foto/Ilustrasi/geotimes.co.id)

Penulis: Nurul Liza Nasution

Indonesia adalah negara yang merdeka setelah dijajah berabad-abad oleh negara Belanda, tak ketinggalan Jepang juga pernah ikut menjajah Indonesia. Berdasarkan banyaknya negara yang masuk ke Indonesia dan membawa bahasa-bahasa dari negaranya sendiri maka banyaklah bahasa yang ada di Indonesia atau diserap ke dalam Bahasa Indonesia.

Sebelum negara-negara asing masuk ke Indonesia, Indonesia sudah terkenal dengan ragam bahasanya. Setiap suku, ras, bahkan daerah mempunyai bahasa tersendiri. Ada Bahasa Betawi, Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, dan bahasa lainnya.

Baca juga: Sudahkah Berinvestasi Akhirat?

Untuk menyatukan bahasa di Indonsia yang sesuai dengan isi Sumpah Pemuda yang ketiga dengan bunyi, “Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” maka ditetapkanlah Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Hal ini juga menghindari rasa kecemburuan antar suku dan ras.

Tapi yang terjadi di masa sekarang, keaslian Bahasa Indonesia berkurang. Bahkan banyak di antara kita yang belum bisa berbahasa yang baik dan benar. Padahal kita adalah orang yang ada di dalamnya, orang yang berada di rumah tetapi tidak tahu isi perabot rumah sendiri.

Lahirnya banyak bahasa-bahasa yang lebih asyik, ringan, dan lebih moderen ketimbang Bahasa kita membuat bahasa Indonesia kehilangan marwahnya. Kita adalah orang yang seharusnya menjaga dan melestarikan keasliannya malah ikut terjerumus di dalamnya. Kita lebih mengenal benda itu dalam bahasa asing ketimbang dengan bahasa kita, misalnya. Penulis mencantumkan beberapa penyebab Bahasa Indonesia kehilangan keasliannya.

Baca juga: Perhatikan 5 Hal Ini dalam Melangsungkan Pertemanan

Dampak Globalisasi

Globalisasi adalah proses penyatuan antara buda dan teknologi. Pastiya dampak globalisasi ini banyak memberikan dampak positif maupun negatif. Melalui dampak globalisasi membuat virus-virus penghancur keaslian Bahasa Indonesia melalui jejaring sosial di sosial media yang sering dilihat. Melalui sosial media ini, banyak kalangan anak muda yang mencampuradukkan Bahasa Indonesia dengan bahasa asing; alay.

Adanya Etnis Mayoritas dan Minoritas

Kita tahu bahwa Indonesia berdiri dengan ribuan etnis dan ratusan bahasa daerah. Namun di beberapa daerah ada yang mendominasi di daerah tersebut dan kelompok minoritas otomatis akan mengikut.

Baca juga: Menyoroti Body Shaming; Berbicara yang Baik atau Diam

Kurangnya pembelajaran di sekolah mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Hal tersebut akan terjadi jika guru bahasa hanya mengajarkan tata letak titik dan koma saja. Bahasa kita akan bisa kembali kemarwahannya jika kita sebagai anak bangsanya mau menerapkan hal yang benar. Penulis juga akan membagikan tips untuk tetap menjaga kemarwahannya.

Dalam kedudukannya, kita personal harus berbangga dulu akan bahasa yang kita punya. Karena, ini adalah warisan dan oleh-oleh dari mereka untuk kita. Jadi, sudah sepatutnya hal yang diberi harus dijaga dengan hati yang sungguh.

Baca juga: Jangan Cuek Soal Presma

Sikap Bahasa

Dalam dunia pendidikan, dunia sehari-hari atau bahkan dunia khayal harus biasakan dengan bahasa yang baik dan benar. Untuk yang satu ini yang paling sangat diperlukan adalah kekonsistenan diri untuk selalu dalam sikap mode bahasa. Sekadar mengingatkan, kita harus mengembangkan rumah kita. Jangan jadi orang yang menyebutkan ini rumah tetapi, tak berbuat apa-apa. Semua akan kembali pada manfaatnya masing-masing.

Editor : Ade Suryanti

 

- Advertisement -

1 KOMENTAR

  1. jadi di mn bahasa yg salah cuk ? Esensi dari bahasa pada dasarnya kan agar org faham dengan apa yg kita pikirkan. Dan saya kita guru2 di indonesia sudah cukup baik mengajar bahasa indonesia, hanya saja kita tidak bisa memukul rata semua guru haru punya kemampuan Yang sempurna

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles