MALAIKAT SEPARUH SAYAP

- Advertisement - Pfrasa_F
Gambar : Google
Gambar : Google

Ia menjerit tak karuan menuju rumahku, “Riaaaaaaa, tolong anakku demam panas sekali”

Seakan jeritannya mampu membuatku jantungan, untung saja aku sudah terbiasa dengan jeritan itu. Sehari-hari yang kulakukan hanya dihantui oleh warga kampung yang membutuhkanku. Kalian kira aku adalah perawat atau dokter? Salah teman, Aku adalah manusia biasa yang hanya diutus membantu warga sekitar jika kesusahan, menyedihkan bukan? Tapi aku begitu asyik dengan pekerjaan ini.

Kasihan sekali desa ini, desa dimana banyak orang kaya namun enggan memberikan sedikit harta mereka kepada tetangga yang sebetulnya mereka tahu bagaimana keadaannya. Desa yang lebih menyukai kebahagiaan dirinya sendiri daripada membahagiakan orang lain. Aku pun tersentak dengan jeritan mbah Ani yang berulang-ulang meminta tolong padaku.

“Iya mbah, Bentar,” dan mengambil beberapa uang yang kusisihkan di dalam lemari.

Aku tau, Mbah kesini meminta tolong padaku meminjamkan uang untuk berobat anaknya yang selalu saja sakit, ‘Kasian sekali mbah Ani,’ kataku dalam hati.

Ku berikan uang secukupnya pada mbah Ani, Aku ingin memberikan uang lebih namun uang yang ku miliki hanya tinggal itu saja, Huh keluhku yang tidak bisa lebih membantunya.

Beberapa jam kemudian, aku dikagetnya oleh ibu-ibu yang jarak rumahnya saja jauh dariku. Ia menangis datang kerumahku hanya ingin meminta tolong meminjamkan uang padanya. Jujur saja teman, uangku saja tidak ada, Terpaksa Televisi berharga yang ku miliki di jual murah untuk membantu ibu itu dan membayar uang kontrakan yang jika tidak dibayar dia akan dikeluarkan dari kontrakan tersebut.

Namanya ibu Tina, Dia bercerita sebelum kerumahku ia meminjam kepada tetangga rumahnya yang begitu kaya, “Rumahnya saja seperti istana,” ungkap bu Tina yang kelihatannya Kesal.

Ketika meminjam uang, banyak alasan mereka yang sebetulnya tidak ingin membantu. Ada yang mengatakan boleh meminjam tetapi bayarlah dua kali lipat dengan apa yang dipinjam, dan anehnya mereka mengusir seperti ibu Tina itu adalah pengemis. Salahkah jika mereka membantu? Untuk apa mereka mempunyai segala-galanya jika tidak hendak memberi? Ntah apa saja yang ku bayang-bayangkan. Aku kasihan dengan Desa ini, Banyaknya orang kaya namun tidak mau membantu keluarga desa mereka.

Aku lupa mengenalkan diriku, Namaku Ria. Sebetulnya aku bukanlah asli desa ini. Aku tinggal di desa ini 2 tahun yang lalu. Aku diusir ayah dan ibuku karna lebih memilih agama yang berbeda dengan mereka, aku memilih agama Islam karna saat mempelajari agama itu aku memiliki kenyamanan. Di desa ini aku tinggal sendiri di rumah, Aku  merasa asyik dan banyak warga yang peduli padaku. Namun, ada juga yang menyebalkan yaitu warga komplek sebelah yang lebih mementingkan ego mereka.

Warga komplek sebelah memiliki watak yang angkuh, mereka rela pergi jauh-jauh hanya untuk membahagiakan diri mereka sendiri. Namun mereka tidak tahu bagaimana keadaan di sekitarnya. Hidup sesakit inilah dirasakan oleh warga desa.

“Assalamualaikum Ria”

Terdengarku mengetuk pintu dan mengucapkan salam, gegas ku jawab dan berlari menuju pintu rumahku.

“Oh bu Ika, Ada apa bu?” beriring menyuruh ibu ika masuk dan duduk.

“Iya nak Terima Kasih, Ibu kesini berniat untuk meminjam uang. Anak ibu eko marah-marah ingin di belikan sepeda motor baru karna ia ingin balap nanti malam, Ibu diancam olehnya jika tidak ada dia lebih baik bunuh diri saja”

Aku tiba-tiba tersentak dan kaget dengan ucapan buk ika yang mengejutkan sekali, Dapat dari mana uang sebanyak itu? Tanya ku dalam hati.

“Bu, bukannya saya tidak ingin membantu, tapi uang saya tidak ada sebanyak yang ibu pinta. Jika ada saya akan memberikannya, Saya hanya memiliki rumah ini” Jawabku dengan kesedihan.

“Hanya sebagian saja tidak apa nak, biar ibu meminjam pada yang lain” Ucapnya menangis.

Aku tidak sanggup melihat bu Ika yang menangis dan memohon-mohon padaku. Jika ku biarkan berarti aku sama saja seperti tetangga sebelah yang tidak mau tau tentang masalah Orang lain dan itu sangat tidak ku sukai.

Maka kunekatkan mengatakan, “Ya sudah bu, Ayo bantu saya membereskan beberapa barang-barang yang ada dirumah ini dan menawarkannya pada warga disini. Hari ini rumah saya akan saya jual pada orang lain”

Wajah bu Ika memerah dan menangis tersingguk-singguk mendengar jawabanku dan seketika langsung memelukku erat sekali sampai aku susah bernafas.

“Nak hatimu bagaikan Malaikat, kau mampu membantuku padahal aku bukan siapa-siapamu kita hanya diperkenalkan di desa ini. Sungguh aku terharu atas bantuanmu”

Aku hanya bisa tersenyum dan bergegas meninggalkan rumah yang hampir 2 tahun kutempati.

Ini Pekerjaanku ini tanggungjawabku, Kataku dalam hati.

“Bu jika sudah terjual rumahnya dan mendapatkan uang izinkan saya berjumpa dengan anak ibu ya”

Bu Ika hanya mengangguk, Kami pun langsung bergegas keluar dari rumahku dan langsung mengelilingi desa untuk menawarkan rumah tersebut.

Kupikir menjual rumah itu senang namun kenyataannya kami dibuat bolak-balik oleh waktu, Sekitar 2 jam hanya di jalan saja Alhamdulillah ada Bapak tua yang berminat dengan rumahku.

Saat itu kami sangat bahagia, sampai-sampai aku lupa mau tidur dimana malam ini. Bu Ika menyuruh ku di rumahnya saja dulu nah kan yang ngejual rumah karna dia, kata Bu Ika.

Mau tidak mau aku harus menginap beberapa hari di rumahnya. Karna hal ini sebetulnya tidak aku pikirkan. Lalu kami bergegas pulang kerumahnya ingin memberikan uang pada anak Bu Ika yang bernama eko.

Sungguh aku penasaran pada anaknya, Tega sekali mengancam ibunya sendiri yang sangat menyayangi dia.

Sesampai di rumah, Kami di sambut dengan wajah eko yang mengesalkan bagiku. Bu Ika bergegas mengeluarkan uang untuk anaknya dan langsung memeluk eko, eko tersentak dan langsung mendorong bu Ika yang hampir saja terjatuh untung saja aku tepat berada di belakangnya.

Anehnya prilaku eko berhenti ketika melihatku dan tiba-tiba terdiam. Aku tidak tau kenapa. Namun aku tidak suka pandangan yang ia lontarkan ke wajahku. Aku hanya sanggup tertunduk dan ketakutan. Lalu ia meninggalkan kami berdua tanpa merasa bersalah kepada ibunya.

“Nak ria maaf, itu anak ibu yang bernama eko. Ia sangat keras kepala semenjak ayahnya memutuskan meninggalkan kami berdua demi wanita lain” Ungkap bu Ika sambil mengingat masa lalunya.

Hari sudah malam, Kelihatannya bu Ika sedang memikirkan sesuatu lihatku dari ujung kamar yang sedang ku tempati. Seketika ku datangi

“Bu sedang memikirkan apa? Bukannya kita sudah berusaha untuk mendapatkan uang? Lalu apa lagi yang ibu pikirkan”

“Saya khawatir pada eko, dulu sifatnya tidak seperti ini. Dia sangat tidak menyukai balap-balap motor yang akan dilakukannya malam ini, Sungguh saya kecewa mungkin salah saya yang tidak dapat mendidiknya” Tangisnya untuk kesekian kali tepat didepanku.

Seketika suara ketukan pintu yang mengagetkan kami, Oh tenyata itu adalah eko.

“Mau apa lagi dia?” Ucapku dalam hati sedikit kesal.

Setelah dibukakan pintu dia hanya terdiam lalu masuk ke kamar dengan tatapan yang mengherankan padaku, Mungkin ia marah padaku karna membantu ibunya.

Tengah Malam aku dikagetkan dengan suara yang indah sekali, Kajian yang menyejukkan hati lalu kuikuti arah suara tersebut. Sungguh aku kaget suara mengaji yang indah itu berasal dari kamar anak Bu Ika ia adalah eko.

Untuk kesekian kalinya aku heran dengan tingkah lakunya.

Pagi itu aku terbangun pagi sekali, Aku susah sekali tidur mungkin karna belum terbiasa tidur di rumah ini. Lalu keluar dari kamar betapa kagetnya aku ia sedang memberes-bereskan rumah. Bu Ika saat itu masih tertidur karna aku terbangun pagi sekali.

Tiba-tiba berjalan ke dekatku dan mengatakan “Kamu ria kan? Kok pagi sekali bangun? Ini masih jam 4, Apa kamu lapar? Biar ku masakkan makanan”.

Aku takut karna kami hanya berdua di ruang luar, Langsung pergi dan mengabaikan pertanyaannya.

Aneh sekali, Ungkapku dalam hati.

Sekitar jam 8 pagi, aku berbicara kepada bu Ika dengan kelakuannya yang membuat aku bertanya-tanya.

Bu Ika tersenyum dan mengatakan, “Eko menyukaimu nak, Ia sudah berubah. Tadi malam ia menangis meminta maaf kepadaku atas prilakunya selama ini”

“Dia menyukaiku?” jawabku kaget.

“Ia nak, ternyata dia sudah lama menyukaimu. Melihat setiap gerak-gerikmu. Ketika ia tahu nak ria membantu ibu betapa senangnya ibu dengan hal ini. Kemarin untuk pertama kalinya eko melihatmu dengan wajah yang jelas seketika itu juga ia berubah”

Raut wajahku masih terlihat kebingungan dengan semua yang dikatakan oleh Bu Ika.

“Dia langsung pergi saat itu karna tidak ingin berlama-lama di depanmu, Saat malam tiba ia ternyata lebih memilih pulang dari pada balap-balap yang sudah dijanjikannya terlebih dahulu, Ia memilih perasaanmu nak. Ia mencintaimu” Lanjut bu Ika.

Aku tersenyum dan bahagia ternyataa ada laki-laki yang mampu memperhatikanku sejauh ini dan bisa menjaga pandangan matanya saat selama ia mengenalku, sampai-sampai aku tidak tau tentang hal ini.

Bu Ika mengulurkan amplop yang berisikan uang rumah yang kupinjamkan dulunya, ternyata eko menyimpan dan tidak memakainya.

Secara tiba-tiba eko datang dari belakangku dan mengatakan

“Maukah kamu menikah denganku? Aku berjanji tidak akan melakukan hal yang tidak kamu sukai, hal yang pernah kamu dengar tentang kelakuanku, aku berjanji,” Sembari berdiri di depanku dan wajah yang hampir memohon padaku.

Aku tersenyum dan menganggung-angguk menandakan aku menerimanya.

Seminggu dengan kejadian itu kami langsung menikah dan hidup bahagia, Ia sangat baik dan menyayangiku. Tuhan Terima Kasih sudah mengirimkan Imam yang mampu membuat kubahagia. Sungguh tidak pernah kuduga aku mendapatkan Imam dari orang yang dulunya pernah kubantuJ

SELESAI

Penulis : Putri Rizki

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles