Kembali Pada Al-Qur’an

- Advertisement - Pfrasa_F
Ilustrator: Tiara Wulandari

Penulis: Ahmad Fadlan

“Mengaji yuk,” adalah kalimat yang sudah sering kita dengar. Mengaji seperti apasih yang dimaksud? belajar fiqh dengan muallim mengaji, baca Al-Qur’an juga mengaji, pergi mengaji ke madrasah juga mengaji. Jadi, apasih pengertian mengaji yang dimaksud?. Memang semua itu cocok disebut mengaji, tetapi pembahasan kita kali ini adalah mengaji Al-Qur’an, sudah sejauh manakah kelancaran kita dalam membaca Al-Qur’an?

Berdasarkan pengalaman penulis selama kuliah, sungguh sangat memprihatinkan melihat kondisi mahasiswa yang jika boleh dikatakan kualitas membaca Al-Qur’an dari segi tajwidnya masih tergolong perlu pembinaan, malu dong sudah mahasiswa tetapi tartil Al-Qur’annya masih seperti anak mengaji madrasah yang baru masuk.

Kalian boleh mencoba untuk mentasmikkan bacaan Al-Qur’an teman kalian, coba saja dari teman-teman mahasiswa, atau bahkan mungkin dosen dan siapapun itu disekitar kampus, coba kalian perhatikan apakah bacaannya sudah sesuai hukum tajwid yang berlaku? Tidak usah jauh-jauh ke pembahasan nagham atau irama yang digunakan, fokus saja terhadap tajwidnya, ternyata masih banyak yang bersalahan, dan tidak usah bicara panjang pendek atau mad dulu, bahkan hal yang mendasar yaitu penyebutan huruf hijaiah saja pun masih banyak yang kurang duduk hurufnya.

Baca juga: Imbas Corona, Belajar Daring Disoroti Mahasiswa

Bbukannya ingin menyinggung, tetapi hanya ingin menyadarkan kita semua betapa sepelenya kita terhadap Al-Qur’an dan diri kita sendiri akan pentingnya membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Katanya ingin membela Islam, katanya ingin menegakkan syariat Islam, menyuarakan ini itu bidah, ini haram, bahas mazhab ini itu, tapi tartil Qur’annya masih belum tuntas.

Bukannya bermaksud mengomentari cara kita menegakkan agama, tapi cobalah perbaiki dahulu ilmu-ilmu mendasar seperti membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kita sebagai hamba Allah Swt. , tuhan yang menciptakan kita, yang selalu memberikan kita limpahan nikmat dan karunia-Nya, diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an dengan tartil, yaitu membacanya perlahan-lahan sesuai dengan hukum tajwid.

Artinya: Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan).(QS Al-Muzzammil : 4)

Kalau tajwid Al-Qur’an saja masih kita tidak perdulikan, berarti kita sepele terhadap Al-Qur’an, kenapa bisa begitu? kalau jawabannya karena malas mempelajarinya, hamba macam apa kita ini?

Walaupun kita adalah seorang mahasiswa yang aktif di kampus, baik itu yang mengikuti organisasi internal maupun eksternal kampus, atau bahkan mahasiswa “Kupu-kupu” sekalipun, jika kita beragama Islam, malu rasanya jika membaca Al-Qur’an masih terbatah-batah. Miris melihatnya, salah siapakah ini, apakah salah orang tuanya yang tidak mengajikan Al-Qur’an anaknya, atau anaknya yang ketika mengaji Al-Qur’an dulu kerjaannya hanya main-main saja, atau mungkin ada yang dulu ketika mengaji berpikiran “Alah tidak penting benar bacaan yang penting paham maknanya,” ada benarnya ada salahnya juga, benarnya adalah iya memang, kita harus paham mengenai makna dan artinya sehingga kita bisa mengamalkan apa arti dari ayat yang kita baca, tetapi kalau bacaan aslinya tidak bisa kita baca dengan benar? Seperti ada sesuatu yang kurangkan?

Baca juga: Naik Drastis, Jumlah ODP Covid-19 Sumut Jadi 1.391

Sebagai contoh, ibarat seperti kita mempelari sastra Inggris tanpa praktek speaking, di suatu momen kita paham apa yang dibicarakan seorang pembicara yang berbahasa Inggris, tapi belum tentu kita bisa berbicara lancar jika ada di posisinya, artinya kita hanya bisa memahami dengan mendengarkan, tetapi tidak bisa mengucapkan dengan lancar.

Dan ingat ketika membaca Al-Qur’an, membacanya saja dapat mendatangkan pahala bagi si pembaca.

Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam Kitab Shahih Al Jami’, No. 6469)

Kesimpulannya, saya mengajak kepada pembaca termasuk saya sendiri, mari belajar dan kembali kepada Al-Qur’an, tidak ada kata terlambat untuk belajar Al-Qur’an,. meski kita belum mempelajari maknanya setidaknya dimulai dari rajin membacanya, lama kelamaan ketika kita sudah mulai nyaman membaca Al-Qur’an dengan tartil dan benar serta ditambah pula dengan irama atau nagham yang menyejukkan telinga, insyaallah kita akan menuju ke tingkat selanjutnya, yaitu memahami makna ayat-ayat yang kita baca dan mengamalkannya, wallaua’lam bishshawab, jazakallah khairan telah membaca, semoga menambah semangat kita untuk sama-sama mensyiarkan agama Islam di akhir zaman ini.

Editor : Rindiani

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles