Cara Bercanda yang Baik

- Advertisement - Pfrasa_F
Sekretaris Umum. (Foto: Dok. Pribadi)

Penulis: Afifah Lania Sihotang

Tak lama ini, bertengger tagar #RESPECTSELENAGOMEZ dan menjadi tren pertama di media sosial, karena terdapat satu acara menjadikan penyakit yang pernah diderita Selena Gomez sebagai bahan lelucon. Tak terima dengan hal tersebut, para ‘Selenator’ berlomba-lomba meminta pihak dari acara bertanggung jawab atas perbuatannya. Hingga akhirnya, pihak acara merilis permintaan maaf mereka.

Sebenarnya, ini hanya salah satu dari banyaknya contoh bahwa bercanda itu tidak baik jika terlalu berlebihan dan tidak tahu batasan. Peristiwa serupa pernah terjadi beberapa waktu lalu, dua komedian digugat karena menjadikan salah satu marga sebagai lelucon pada suatu acara televisi. Pada kasus ini, terdapat banyak pro dan kontra dari para warganet. Sebagian orang merasa penggugat terlalu berlebihan dan ‘baperan’, karena hal sepele sampai dibawa ke ranah hukum. Namun, sebagian juga merasa dua komedian tersebut salah, karena untuk sebagian orang yang memiliki marga, marga adalah satu hal yang sakral dan harus sangat dijaga.

Kalau dilihat ke belakang, ada banyak sekali peristiwa serupa baik di media sosial ataupun di dunia nyata. Lalu, apakah tidak boleh bercanda? Apakah bercanda itu suatu hal yang dilarang? Jawabannya tentu tidak. Namun, bercanda juga harus memperhatikan batasan, dengan siapa kita sedang bercanda, dan kepada siapa lelucon itu ditujukan. Susah, ya? Mau bercanda saja harus memperhatikan banyak hal. Tidak susah, hanya saja manusia sebagai makhluk sosial memang harus memperhatikan manusia lainnya, karena kita hidup di lingkungan masyarat yang memiliki banyak perbedaan. 

Sering kali seseorang mengutarakan ketidaksukaan atas bercandaan orang lain yang ditujukan padanya, tetapi tak jarang ketidaksukaannya itu dianggap angin lalu bahkan dianggap lebay. Nah, itu yang salah. Kondisi dan perasaan setiap orang itu berbeda, mungkin bagi kita tidak ada yang salah dengan apa yang kita ucapkan, tetapi kita tidak tahu bahwa sebenarnya hal yang kita jadikan lelucon adalah hal yang mungkin sangat memengaruhi hidup orang lain.

Dilansir dari republika.co.id, dalam Islam terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bercanda dengan orang lain. Pertama, bercanda tidak boleh mengandung unsur kebohongan. Setiap candaan yang kita lontarkan jangan sampai mengandung unsur kebohongan, apalagi sampai mengada-adakan cerita yang akhirnya menjadi bumerang untuk kita sendiri, karena dianggap menebar kebohongan dengan candaan. Kedua, jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Ketika ingin bercanda, kita harus mengenali siapa yang sedang kita ajak bercanda. Jika ia bukan orang yang suka bercanda di kehidupannya sehari-hari, sebaiknya hindari untuk bercanda dengannya, daripada terjadi hal buruk ke depannya. 

Ketiga, jangan bercanda dalam perkara yang serius. Ketika bercanda, harus melihat kondisi dan situasinya. Untuk yang paling utama, hal yang menjadi bahan lelucon. Seperti kasus yang pertama dijelaskan, suatu acara bercanda tentang hal serius, yaitu penyakit seseorang. Tidak seharusnya penyakit seseorang dijadikan bahan lelucon. Terakhir, bercanda tidak boleh berlebihan. Kita semua pasti mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan tidak berlebihan dan semua pasti sepakat bahwa sesuatu yang berlebihan itu tentu tidak baik. 

Tidak sulit kan? Tentunya tidak. Tulisan ini bukan bermaksud melarang kita semua untuk bercanda, karena hidup butuh sesuatu yang menyegarkan, salah satunya dengan bercanda pada orang-orang di sekitar. Namun, tetaplah ingat batasan!

 

- Advertisement -

Share article

Latest articles