Ingin Berbakti pada Orang Tua? Belajarlah dari Kisah Pemuda Ini

- Advertisement - Pfrasa_F
(Ilustrator: Nurul Sakinah)

Penulis: Safitri Handayani

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada orang tua (Ibu dan Bapak). Jika salah seorang diantara keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. (QS. Al Isra: 23).

Seorang ibu merupakan sosok yang memiliki tempat yang sangat mulia dalam Islam, oleh karenanya setiap anak wajib untuk selalu berbakti kepada orang tua, terlebih lagi pada ibunya. Seorang anak tidak diperbolehkan untuk mengatakan ‘Ah’ kepada orang tua, walaupun dalam keadaan terpaksa, terlebih lagi durhaka kepada orang tuanya 

Berbakti kepada orang tua bukanlah hal yang sulit bagi anak yang baik, terlebih lagi dalam Islam memang sudah diwajibkan juga untuk berbakti dan selalu memuliakan orang tua kita, dan apabila kita berbakti kepada orang tua, berarti kita telah berbakti pula kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Berbicara tentang memuliakan orang tua, di sini penulis akan menceritakan kisah seorang pemuda yang merupakan sahabat Nabi. Pemuda ini bernama Uwais Al-Qarni. Tidak asing lagi ditelinga kita, bukan? Ya, Uwais Al-Qarni adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di pinggiran Yaman.

Uwais Al-Qarni merupakan pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit. Tak ada yang mengenalnya bahkan namanya pun tidak dikenal. Namun, Uwais adalah pemuda yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit, dikarenakan ia sangat patuh dan menghormati ibunya yang sakit lumpuh.

Suatu ketika Uwais meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke Madinah dalam rangka untuk melepaskan kerinduannya pada Rasulullah. Sang ibu pun memberikan izinnya, namun dengan syarat setelah berjumpa dengan Rasulullah dia harus segera pulang, karena ibunya yang sakit-sakitan.

Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, namun Uwais tidak mendapati Rasulullah di rumahnya karena Rasul sedang memimpin peperangan, ucap Aisyah pada Uwais saat itu. Kemudian Uwais pun menitipkan pesan kepada Aisyah untuk Rasulullah. Dia tidak dapat menunggu Rasulullah pulang, dikarenakan dia sudah berjanji kepada ibunya, untuk segera pulang kerumah dengan cepat.

Kemudian pada kesempatan yang lain, sang ibu meminta Uwais untuk mengantarkannya pergi haji. Tentu Uwais tidak menolak, walaupun ia dari keluarga miskin, dengan kecerdasan yang dimilikinya, Uwais membeli seekor sapi kecil, yang dirawatnya hingga besar dan selalu menggendong sapi tersebut sambil naik turun bukit.

Alasan Uwais selalu menggendong sapinya, karena agar Uwais kuat untuk menggendong ibunya berangkat haji. Kemudian Uwais pun berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar diampuni dosa-dosa ibunya. Ibunya pun bertanya lalu bagaimana dengan dosa-dosamu? “Jika Allah mengampuni dosa-dosa ibu dan ibu masuk ke surganya Allah, maka cukuplah rida dari ibu yang akan membawaku ke surga” jawab Uwais. 

Allah Subhanahu wa ta’ala pun memberikan karunia untuk Uwais, di mana penyakit kulitnya sembuh, dan hanya tertinggal satu bulatan di tengkuknya, yang mana merupakan tanda yang disebutkan oleh Rasulullah kepada Ali dan Umar untuk mencari keberadaannya. Namun, beberapa tahun setelah kedatangan Ali dan Umar, Uwais pun wafat.

Masyarakat Yaman sangat heran saat itu, karena begitu banyak yang menginginkan untuk memandikan, menyalati, dan menguburkan jenazah Uwais, namun orang-orang itu bukan dari masyarakat Yaman, melainkan orang-orang itu adalah para malaikat. Yaitu para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya Uwais. 

Dari sosok Uwais kita dapat belajar bahwa berbakti pada orang tua akan membuat Allah sayang pada kita, dan menjadikan kita terkenal di langit, seperti halnya Uwais. Semoga kita bisa menjadi Uwais di zaman modern ini.

Editor: Anggia Nurulita

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles