Addin 373: Berhijrah, Memperbaiki Diri dalam Islam

- Advertisement - Pfrasa_F
(Ilustrator: Muhammad Tri Rahmat Diansa)

Penulis: Laras Joefanny

Dalam menjalani proses hijrah juga ada kaitannya dengan peringatan Muharam atau tahun baru Hijriah. Walaupun Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam tidak pernah hijrah di Bulan Muharram, namun hijrah di bulan Safar dan Rabiulawal. Sejak terjadinya hijrah, Islam menggunakan peristiwa ini sebagai penanggalan dalam sejarah Islam, sehingga Islam mengenal dengan istilah tahun baru Hijriah. Jadi, Hijriah adalah tahun yang diambil dari peristiwa hijrah.

Umat Islam menjadikan Muharram sebagai momentum dalam memperingati peristiwa hijrah. Begitu pentingnya peristiwa hijrah ini sampai kaum Muslim menjadikannya sebagai nama tahun, yakni Hijriah, karena kebiasaan orang Arab dulu menamakan tahun dengan nama peristiwa-peristiwa besar yang terjadi.

Misalnya tahun gajah, yaitu tahun ketika Raja Abrahah dari Ethiopia menyerang Makkah dan dihancurkan oleh pasukan burung ababil, sehingga tahun itu dikenal dengan nama tahun gajah. Ini menunjukkan bahwa ada kebiasaan orang Arab menambahkan nama tahun diambil dari peristiwa besar yang terjadi. 

Nah, kalau kita berbicara tentang hijrah, maka ada yang sedang proses hijrah status, yaitu dari status pacaran jadi meninggalkan status pacaran. Ada yang hijrah pekerjaan, dari yang riba meninggalkan riba. Ada yang hijrah penampilan, dari yang tidak berhijab sekarang sudah berhijab. Ada yang hijrah perilaku, dari yang mudah terbawa emosi sekarang lebih tenang, dan banyak lagi jenis hijrah yang intinya berubah dari yang buruk menjadi lebih baik.

Dalam setiap proses hijrah, ada satu sunatullah yang berlaku bagi semua orang yang berhijrah, baik itu nabi, para sahabat, orang-orang saleh sebelum kita, bahkan semua orang akan menjalani sebuah proses dari sunatullah tersebut. Para ulama mengatakan dalam hijrah ada dua fase yang akan dialami oleh semua orang. 

Fase yang pertama adalah ibtila’ dan tamkin. Ibtila‘ berasal dari kata balla yang artinya ujian. Dalam surah Al-Ankabut ayat 1, 2, dan 3 membahas tentang janji Allah kepada setiap orang yang berhijrah. Sedangkan tamkin artinya pertolongan. Allah menjelaskan tiga bentuk dari ujian.

  1. Ujian Fisik

Ujian fisik antara lain adalah sakit.

2. Ujian Harta

Ujian harta antara lain adalah miskin, bangkrut, dan lain sebagainya.

3. Ujian Perasaan

Ujian perasaan antara lain adalah cinta, kasih sayang, dan yang lainnya.

Bahkan, saking beratnya ujian yang dihadapi Rasulullah, Beliau mempertanyakan kapan ujian akan berakhir. Allah menjawab “Bukankah pertolongan Allah sudah dekat?”. Semakin berat ujian, maka semakin dekat dengan pertolongan Allah yang akan membawa pada fase selanjutnya, yakni fase tamkin (fase pertolongan dari Allah).

Sebelum Allah memberikan jalan keluar, maka ada fase sabar dan ujian. Dengan begitu, janganlah kita bersedih, putus asa, apalagi kita sampai ragu terhadap janji Allah. Jika kalian ingat tentang kisah Nabi Musa, Allah tidak pernah ingkar janji pada Ibu Musa saat ia hijrah di jalan Allah. Allah tidak ingkar janji dalam memberikan pertolongan kepada pasukan Badar.

Namun, setiap orang pasti memiliki tingkat ujian yang berbeda–beda, tergantung jenis hijrahnya. Bahkan tingkatan ujian juga berbeda, semakin kita bisa melewati satu ujian maka semakin menambah tingkat ujian yang akan selanjutnya Allah berikan.  

Mungkin sekarang kita sedang mengalami fase Ibtila’, di mana tingkatan ujiannya makin lama makin berat, panas, bahkan makin luar biasa serta menambah beban. Seperti orang yang terkena penyakit demam dan suhunya semakin bertambah sampai orang tersebut sudah tidak tahan dan bertanya kapan sembuhnya. Allah menjawab pertanyaan tersebut “Sungguh pertolongan Allah sudah dekat, jangan berputus asa dan jangan menyerah duhulu”.  

Allah tidak pernah ingkar janji kepada hamba-Nya. Jangan sampai kita merasa bahwa salah pilih jalan, menyesal sudah memilih jalan Allah, meragukan Allah, berkecil hati, dan berputus asa. Sungguh pertolongan Allah sebentar lagi akan datang. Betapa istimewanya pertolongan Allah. Kita layak mendapatkan rahmat, mendapatkan perhatian Allah, bahkan mendapatkan cinta Allah. 

Namun, yang harus kita ketahui semua tidak akan mudah untuk kita dapatkan. Allah ingin hambanya menjadi hamba yang sabar dan dewasa dalam menyikapi segala masalah yang ada. 

Setelah melewati fase pertama, selanjutnya fase tamkin, yakni fase pertolongan Allah. Dalam fase ini Allah akan membukakan jalan keluar “Waman yattaqillaha yaj’al lahu makhroja” yang artinya barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan dibukakan solusi dari arah yang tak terduga. 

Fase kedua, yaitu fase tentang pertolongan Allah dan kemudahan dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah memberikan seseorang jalan keluar “Wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib”. Allah jadikan segala urusannya menjadi mudah, Allah Maha Kuasa untuk menunaikan janji-Nya dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya. Kalau manusia pasti pernah ingkar janji, karena tidak bisa menunaikannya disebabkan sesuatu yang menghalanginya. Sedangkan Allah tidak akan pernah ingkar terhadap janji-Nya. 

Kita tidak perlu mempertanyakan apakah janji Allah itu ada? Itu bukan bagian dari urusan kita, justru hal tersebutlah yang melemahkan kita dan membuat kita menjadi ragu atas kuasa-Nya. Namun, yang perlu kita persiapkan adalah kesabaran. Allah mengatakan bahwa “Aku tergantung prasangka hambaku kepadaku”.

Biodata Penulis 

  • Nama : Laras Joefanny
  • Jurusan : Pendidikan Matematika
  • Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
  • Semester : V
  • Media Sosial : Facebook : Laras Joefanny
  • Media Sosial : Instagram : Laras_Joefanny
- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles