Kecurangan Dalam Sistem Pendidikan

- Advertisement - Pfrasa_F
Gambar : Google
Gambar : Google

Pendidikan dalam suatu negara sangat penting bagi negara itu sendiri karena untuk menumbuhkan generasi muda yang bisa mengubah negara menjadi lebih maju . Ditambah dengan ilmu teknologi yang makin berkembang dan juga banyak penemuan penting yang berguna bagi masyarakat dan juga negara. Apalagi ketika dapat menemukan sesuatu yang berguna bagi masyarakat di suatu negara, negara itu dapat memproduksi dan mendistribusikannya ke negara lain yang membutuhkan penemuan itu. Bukan hanya sebuah penemuan yang dapat membuat negara itu maju tetapi juga generasi muda yang dapat mengolah dan mengatur pemerintahan negara itu untuk masa depan negara. Dan karena itu banyak generasi muda negara Indonesia yang dibimbing dan dituntun untuk mencapai hal yang berguna bagi Nusa dan Bangsa. Biasanya tempat untuk mendapatkan bimbingan dan juga tuntunan itu adalah sekolah.

Tapi bagaimana dengan masih adanya korupsi di pemerintahan ini, bagaimana bisa menjadi contoh untuk generasi muda negara ini. Dan disinilah pendidikan berperan yaitu tempatnya di sekolah, generasi muda dibimbing dan diberi pengajaran tentang kebaikan dan juga kebenaran serta diberi ilmu pengetahuan. Tapi bagaimana dengan pelajar yang melakukan hal curang, seperti halnya para pejabat yang dengan kekuasaannya mengambil harta rakyat sedangkan para pelajar yang hanya melakukan apapun untuk mendapatkan nilai.

Dan disinilah saya mengambil kasus tentang para pelajar yang curang dalam ujian. Seperti yang kita ketahui bahwa untuk lulus dari ujian ada syaratnya, salah satunya adalah mengikuti ujian nasional atau biasa yang disebut UN. Dan sudah menjadi rahasia publik kalau sudah mendapatkan bocoran kunci jawaban. Bahkan sekolah pun membeli kunci jawaban untuk para siswanya dan juga menyogok pengawas yang diberikan tugas dari pemerintah untuk melihat apakah ada kecurangan. Tidak habis akal, ada juga yang saya pikir seorang pelajar yang sudah belajar dan banyak mendapatkan prestasi dalam akademik dan saya nyakin kalau dia bakal lulus tapi kenyataannya dia juga memakai bocoran kunci jawaban. Bukan hanya dalam ujian nasional tapi juga ujian biasa yang dilaksanakan setiap semesternya di sekolah. Bagaimana kelak negeri ini kalau generasi mudanya curang dalam hal ujian.

Banyak macam cara yang dilakukan para pelajar tersebut dalam melakukan hal curang untuk mendapatkan nilai dari guru. Seperti menulis kunci jawaban di kertas kecil yang isinya jawaban ujian lalu menyembunyikannya di tempat yang dia yakini bakal tidak di ketahui oleh gurunya, biasanya ini di sebut ngopek. Dan ada juga namanya nyotek yaitu mengambil rasa kesetiaan seorang teman, sebut saja, kalau pelajar A tidak memberikan jawaban yang ada di kertas jawabannya maka pelajar B tidak akan mau berteman dan membagikan jawaban yang dia ketahui.

Dan semua hal itu sudah menjadi tradisi dan kebudayaan dalam pelajar Indonesia kita ini, bahkan ada juga yang memaklumi perilaku curang ini. Bukan hanya pelajar tetapi juga mahasiswa kadang melakukan hal yang curang. Saya sendiri sudah bingung, bagaimana mengatasi ini, dan saya mulai berpikir ada caranya mengatasi hal ini.

Saya mengetahui pentingnya suatu nilai untuk mengetahui bagaimana pelajar berkembang dan menjadi bahan evaluasi, juga menjadi motivasi untuk pelajar itu menjadi lebih baik lagi kalau dia memiliki nilai yang buruk. Tapi disinilah terjadi masalah, semuanya menjadi berlomba-lomba melakukan hal yang curang, kadang pelajar berpikir kenapa dia curang dan mengetahui curang itu salah tetapi masih dilakukan. Kadang ada juga guru yang terlalu memaksakan muridnya untuk mendapatkan nilai bagus dan mengancamnya kalau dia bakal tidak lulus, kalau kita lihat bisa ada dua sisi pertama memotivasi muridnya tersebut atau sisi kedua malah membuat muridnya makin merasa tidak optimis lagi mendapatkan nilai. Semua disini membicarakan nilai dan nilai. Saya pernah dengar bahwa sistem pendidikan di luar negeri tidak membuat muridnya merasa khawatir tentang nilai hanya saja mereka tidak mengumumkan tentang nilai-nilai para muridnya di depan umum dan terus memotivasi mereka untuk mendapatkan nilai dengan jujur. Dan dari sini saya simpulkan bahwa berlomba-lomba dalam hal nilai sendiri kadang menjadi peluang bagi para pelajar untuk melakukan hal yang curang. Nah, untuk itu saya berpikir bahwa tidak menanamkan pemikiran tentang nilai yang harus dicapai tapi malah memotivasi para pelajar untuk tetap terus belajar. Peran seorang guru sangat penting dan tergantung dalam gaya dan cara seorang guru itu mengajar. Dan juga peran pemerintah, saya berharap bukan hanya dalam akademik (syarat lulus dari sekolah adalah ujian) yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan nilai tetapi juga praktek yang dilakukan para pelajar untuk mendapat dinilai, karena praktek sendiri tidak bisa ditiru, misalnya membuat karya atau penemuan yang berbeda sesuai dengan jurusan pelajar, seperti halnya pelajar SMK.

Saat ujian salah satunya adalah terlalu banyak tugas yang diberikan oleh guru ataupun dosen disaat bersamaan, terkadang sebagai pelajar merasa tertekan dengan ada tugas dan ada ujian disaat yang bersamaan dan ditambah lagi dengan guru yang berbeda. Dan mereka tidak sempat lagi membaca dan memahami apa yang akan diujiankan. Dan ada juga karena hal itu membuat para pelajar malas untuk bersusah payah. Sekarang saya lihat banyak pelajar yang hanya ingin serba instan dan tidak mau bersusah payah dalam belajar, terkadang hal ini menjadi peluang untuk melakukan hal yang curang. Dalam hal ini saya memikirkan sistem kurikulum dalam sekolah atau silabus dalam perguruan tinggi harusnya lebih tegas lagi dalam menidak lajutin guru ataupun dosen yang terkadang membebani para murid atau mahasiswanya. Terkadang bagus juga memberikan tugas untuk mengembangkan kemampuan siswa dan mengingatkan kembali pelajaran yang telah dipelajari tapi bukan berarti membebani pelajar.

Dan yang terakhir adalah karena pelajarnya sendiri, yaitu sifat kemalasan. Kalau dalam masalah ini, pelajar seperti ini perlu dibimbing lagi supaya tetap semangat belajar dan mengajarkannya pentingnya itu belajar. Kalau misalnya pelajar itu tidak menyukai sebuah mata pelajaran, ajarkan dia untuk belajar pelajaran itu dengan cara yang menyenangkan.

Semua ini tergantung pada sistem pengajaran seorang guru, bagaimana sebisa mungkin seorang guru itu mengajarkan sebuah mata pelajaran dan tidak membuat pelajarnya melakukan hal yang curang. Dan juga sistem pendidikan pemerintah yang menekankan kepada ujian saja. Toh, percuma kalau melaksanakan Ujian Nasional pada akhirnya mereka juga melakukan kecurangan, mendapatkan kunci jawaban. Setidaknya kita harus tau bagaimana potensi sesungguhnya generasi muda tanpa melakukan hal yang curang dalam ujian.

Penulis : Raihana Tuzzikriah

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles