Fenomena LGBT : Penyakit atau Penyimpangan Sosial ?

- Advertisement - Pfrasa_F

 

Perjuangan organisasi LGBT (Lesby, Gay, Biseksual dan Transgender) semakin kuat di negara yang katanya mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Mereka tidak sekedar mendirikan lembaga, namun parahnya juga menuntut pengakuan dan memandang perlakuan mereka sebagai HAM (Hak Asasi Manusia). Faktanya, netizen telah menguak sebanyak 3000 pelajar di Kota Batam Kepulauan Riau diduga lelaki penyuka lelaki. Berita yang dirilis Tribunnews.com Batam ini memberitakan bahwa Anggota DPRD Provinsi Kepri, Suryanti sang legislator PKS mengungkapkan, “Itu laporan yang saya terima dari Badan Pemberdayaan Perempuan. Menurut data 2015, lelaki penyuka lelaki jumlahnya segitu,” ujar Suryani.

Berangkat dari fakta yang ada, kita pasti bertanya-tanya apakah LGBT merupakan suatu penyakit atau penyimpangan sosial? Nah, diselimuti rasa ingin tahu yang besar,  Focus Group Discussion yang diselenggarakan oleh aktivis Hizbut Tahrir Indonesia tepatnya Sabtu, 27 Februari kemarin di Pelataran USU menjadi sarana menguliti LGBT. Diskusi menarik “Waspada LGBT Masuk Kampus” menghadirkan Dosen Fakultas Keperawatan USU ahli Kesehatan Jiwa, Roxsana Devi Tumanggor, MNurs (MUH).

Beliau menjelaskan dengan panjang lebar. Walaupun kelompok LGBT mengklaim keberadaannya karena faktor genetis dengan teori “Gay Gene yang diusung oleh Dean Hamer pada tahun 1993. Akan tetapi Dean sebagai seorang gay kemudian meruntuhkan sendiri hasil risetnya. Dean mengakui risetnya itu tak mendukung bahwa gen adalah faktor utama yang menentukan melahirkan homoseksualitas. Karena ternyata lingkungan juga berpengaruh besar terhadap kemunculan dari sifat makhluk. Secara genetik, fenomena LGBT tidak terbukti secara ilmiah merupakan fenomena dari faktor gen. Kode gen “Xq28” yang selama ini ditengarai sebagai gen pembawa kecenderungan fenotepe homoseksual, tidak terbukti mendasari sifat dari homoseksual.

Pada 1999, Profesor George Rice dari Universitas Western Ontario dari Kanada, mengadaptasi riset Hamer dengan jumlah responden yang lebih banyak. Rice dan tim memeriksa 52 pasang kakak beradik homoseksual untuk melihat keberadaan empat penanda di daerah kromosom. Hasilnya menunjukkan kakak beradik itu tidak memperlihatkan kesamaan penanda di gen “Xq28” kecuali secara kebetulan. Sehingga hasil penelitian mereka tidak mendukung adanya kaitan gen mendasari homoseksual.

Secara sudut pandang hubungan sosial kemasyarakatan, justru persoalan LGBT ini muncul dari sudut pandang yang salah dalam melihat “naluri seksual”. Sehingga fenomena LGBT merupakan penyakit masyarakat atau sebuah penyimpangan seksual, dan penyakit masyarakat ini “menular”.

Lebih mengakar lagi, beliau menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi muncunya LGBT dengan menggunakan teori perkembangan psikoseksual. Diantaranya ialah faktor biologi dalam arti pengkondisian lingkungan, faktor psikologi dan faktor lingkungan (bagaimana cara memperlakukan seorang anak sesuai kodratnya).

Pembahasan pun tidak berhenti di sini, selanjutnya beliau menjelaskan dua dampak atau bahaya bagi kaum LGBT. Adapun itu bahaya dari segi kesehatan dan bahaya dari segi perilaku. Data dari CDC (Center for Disease and Prevention) AS tahun 2010 menunjukkan, dari 50 ribu infeksi HIV baru, dua pertiganya adalah gay MSM (Male Sex Male). Data 2010 ini bila dibanding 2008 menunjukkan peningkatan 20%. Wanita transgender risiko terinfeksi HIV 34 kali lebih tinggi dibanding wanita biasa. Lalu bagaimana bahaya LGBT bagi kehidupan masyarakat? Beberapa penyakit jiwa dengan penyimpangan seksual mungkin saja akan dikeluarkan dari pendiagnosisan gangguan jiwa atas nama kebebasan.

Bagaimana Penyembuhan LGBT ?

Yang pertama dengan Psychosocial Treatment, upaya penyembuhan ini dibagi atas dua yaitu social skill, ialah memperlakukan pasien sesuai peran dari kodratnya masing-masing. Kemudian psikoterapi, ialah dengan memperkenalkan organ intim pasien sesuai kodratnya. Misal, pasien laki-laki akan dikenalkan organ intim perempuan agar ia merasa tertarik dengan lawan jenisnya, dan begitu sebaliknya.

Kemudian ada alternatif lain yaitu dengan, Spiritual Treatment walaupun dalam pendiagnosisan gangguan jiwa menyatakan bahwa tidak ada pengaruh agama/spiritualisme dalam menimbulkan gangguan jiwa, namun mayoritas riset membuktikan bahwa agama menunjukkan korelasi yang positif terhadap pengurangan gejala modifikasi gen di masa depan

Lalu, Bagaiman Islam Menjawab LGBT?

Dan Kami juga telah mengutus Luth kepada kaumnya. Iangatlah tatkala ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu kepada mereka, bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (Qs. Al-Araf ayat 80-81)

Fenomena LGBT sekarang ini adalah rekapan ulang dari kaum Nabi Luth a.s. di masa silam.

Penulis           : Sri Wahyuni

Editor             : Nurtiandriyani Simamora

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles