Addin 339: Keutamaan Mencintai Rasulullah

- Advertisement - Pfrasa_F
(Ilustrator/Tumbularani)

Penulis: Salman

Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya berselawat atas Nabi Sallallahu alaihi wasallam. Wahai orang-orang yang beriman, ucapkanlah selawat dan salam atasnya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Melalui Al-Qur’an, Allah seru kita untuk berselawat atas Nabi Sallallahu alaihi wasallam, karena Allah dan para malaikat pun berselawat atasnya. Perlu diketahui, bahwa selawat kita kepada Rasulullah bukanlah untuk kepentingannya, melainkan manfaatnya kembali kepada diri kita sendiri. Apalah artinya selawat dan salam kita dibandingkan dengan selawat dan salamnya malaikat? Apalagi dibanding selawatnya Allah kepada Nabi-Nya?

Selawat Allah atas Nabi adalah rahmat. Selawat malaikat atasnya adalah memohonkan ampunan untuk Nabi. Adapun selawatnya orang-orang mukmin adalah penghormatan dan ungkapan terima kasihnya, karena kenabian dan kerasulannya membawa manusia dari jalan kegelapan kepada jalan cahaya Ilahi.

Bagaimana kita dapat ikut merasakan penderitaan orang-orang di sekitar kita? Bagaimana kita menjadi orang yang berusaha agar orang lain hidup bahagia dan memperoleh petunjuk Allah? Dan bagaimana kita menumbuhkan sikap raufur rahim di dalam diri kita seperti yang Rasulullah contohkan kepada kita?

Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah, tetapi tidak mencintai Rasul-Nya. Bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya, tetapi dia tidak mencintai kaum fakir dan miskin. Dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surge, tetapi tak mau menaati Allah Subhanahu wa ta’ala,” tegas Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum Al-Din.

Apabila bicara, kata-katanya bagaikan mutiara. Apabila diam, dia menyimpan kesejukan. Apabila berjalan matanya sangat terjaga. Apabila berperilaku, dia laksana Al-Qur’an berjalan. Dia bagaikan malaikat yang memberikan cahaya iman. Jejaknya menjadi teladan bagi setiap orang. Jika satu kali namanya disebutkan, beribu doa dan rahmat terlimpah atasnya. Atas wujudnya lahir cinta sejati. Cinta suci yang tak pernah ternodai, beliaulah Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam.

Menurut Psikolog Muslim Klasik Ibnu Qayyim, cinta ditandai dengan perhatian yang aktif pada orang yang kita cintai dan ada kenikmatan menyebut namanya. Ketika menyebut atau mendengar orang menyebut nama kekasih kita, hati kita akan bergetar. Tiada yang lebih menyenangkan hati daripada mengingatnya dan menghadirkan kebaikan-kebaikannya. Jika ini menguat dalam hati, lisan akan memuji dan menyanjungnya. Seperti orang-orang yang mencintai Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam.

Setelah Nabi Sallallahu alaihi wasallam wafat, sahabatnya yang bernama Bilal tidak lagi mau mengumandangkan azan. Akhirnya, setelah didesak oleh para sahabat dan cucu Rasulullah beliau pun menurutinya. Namun, masyaallah, ketika sampai pada kalimat “Wa asyhadu anna Muhammad…” beliau terhenti. Suaranya tersekat di tenggorokan. Dia menangis keras. Nama “Muhammad”. Kekasih yang baru saja kembali ke Rabulizat, menggetarkan jantungnya. Bilal bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah. Baginya, Muhammad adalah nama insan yang paling indah. Justru, karena cintanya kepada Rasulullah, nama beliau sering diingat, disebut dan dilantunkan.

Berbahagialah orang yang merasa nikmat saat berselawat, karena diriwayatkan oleh Tirmizi, Rasulullah pernah bersabda: “Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak berselawat”. Betapa indahnya hidup ini jika kita isi dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan cara berzikir dan beselawat di setiap waktu, disertai dengan kalbu yang ikhlas, jiwa yang tenang, niat yang baik dan perasaan cinta.

Ali bin Abi Thalib pernah menceritakan sosok Muhammad Sallallahu alaihi wasallam, ia mengatakan bahwa Muhammad adalah orang yang paling pemurah, paling benar ucapannya, paling lembut wataknya, dan paling mulia keturunannya. Pada pertemuan pertama, orang terpesona kepadanya. Namun, setelah lebih dekat, mereka akan jatuh cinta kepadanya. Orang yang mencoba menggambarkannya hanya dapat berkata, “Saya belum pernah melihat orang seperti dia”.

Cinta ditandai dengan perhatian yang aktif. Ingatlah saat kita mengidolakan seseorang, kita pasti mencari tahu setiap hal yang berkaitan dengannya, bahkan kita ingin menghadirkannya selalu dalam liku-liku kehidupan. Lantas, sudahkah perasaan cinta itu  tumbuh dalam pribadi kita yang mencintai Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam.?

Orang mukmin diperintahkan untuk selalu mengucapkan selawat dan salam kepada Nabi, karena dengan berselawat satu kali kita akan mendapat sepuluh kali kebaikan dan dihapuskan sepuluh keburukan, ditinggikan sebanyak sepuluh derajat dan dikembalikan sepuluh derajat. “Barang siapa di antara umatmu yang berselawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula”. (HR Ahmad)

“Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca selawat kepadaku.” (HR Tirmidzi)

Tidakkah kita ingin bersama dan berjumpa dengan Nabi kita di akhirat nanti? Maka perbanyaklah selawat kepadanya. Beliau berjanji siapa yang berselawat kepadanya, akan bersamanya pula pada hari kiamat. Melantunkan selawat laksana menanam benih. Mula-mula dalam ucapan, lalu dalam pikiran. Bukankah segala tindakan selalu bermula dari pikiran? Apa yang sedang kita pikirkan saat ini, menciptakan kehidupan kita masa depan. Jangan sampai cinta kita pada dunia menutupi cinta kita kepada Rasulullah.

Kita tidak dapat mengandalkan amal kita yang maha terbatas. Kita sangat tergantung dan mendambakan rahmat Allah. Siapa lagi yang menjadi rahmat bagi semua alam selain Rasulullah? Maka dari itu, di bulan Rabiulawal ini, di bulan kelahirannya mari kita perbanyak berselawat dengan harapan di yaumulmahsyar kelak, kita diakui sebagai umatnya dan beliau berkenan memberikan syafaatnya.

Salman, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Semester V, 083196559775, IG: salmann245

- Advertisement -

Share article

Latest articles