Addin Edisi 298: Munajat di Bulan Rajab

- Advertisement - Pfrasa_F
Ilustrator: Ditanti Chicha Novri

Penulis: Nur Fadilah

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, nikmat kesehatan serta kesempatan, sehingga kita masih bisa melakukan rutinitas sehari-hari. Selawat dan salam kita hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir kelak. Aamiin yaa Rabbal alamin.

Tidak terasa, sebagian umat Islam telah merasakan kebahagiaan dengan datangnya kembali bulan suci Ramadan. Hal ini mengembalikan girah kita kembali dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa taala. Bulan yang telah tiba saat ini sebelum memasuki bulan Ramadan ialah bulan Rajab. Tentu, Rajab memiliki keutamaan-keutamaan yang mulia dan rahasia dibalik bulan mulia ini.

Rajab adalah Syahrul Haram

Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Islam, merupakan salah satu bulan haram (asyhurul hurum) dari 4 (empat) bulan haram. Allah subhanahu wa taala berfirman:

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (Terjemahan Q.S At-Taubah/9:36).

Keempat bulan tersebut dijelaskan dalam hadis Nabi sallallahu alaihi wasallam. “… Tahun terdiri atas dua belas bulan dengan empat bulan haram. Tiga di antaranya berurutan Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram dan Rajab bulan Mudhar (suku) yang berada di antara Jumadilakhir dan Syakban.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Baca juga: Addin Edisi 296: Penyakit Disebabkan Dosa atau Pola Hidup?

Haram bukan berarti dikerjakan berdosa dan ditinggalkan berpahala. Haram di sini diartikan sebagai “suci”, sebagaimana juga disematkan pada masjidilharam yang merupakan masjid yang dipandang tersuci bagi umat Islam, sehingga apabila salat di dalamnya akan dilipatgandakan pahalanya sebanyak sepuluh ribu kali lipat dari masjid-masjid biasanya.

Maka ketika ketaatan dilakukan pada bulan-bulan mulia, maka ganjarannya pun lebih dari bulan-bulan biasanya. Dan sebaliknya ketika kemaksiatan dilakukan pada bulan mulia, maka dosanya tidak sama dengan dosa-dosa pada bulan biasanya, malah lebih berat. Inilah substansi bulan haram yang mulia.

Rajab adalah Syahrul Istigfar

Beribadah di bulan Rajab memiliki ganjaran yang sangat besar, terutama dengan berpuasa, beristigfar dan bertaubat dari dosa-dosa. Rajab merupakan bulannya Allah, maka dianjurkan untuk memperbanyak istigfar dan bertakarub kepada Allah subhanahu wa taala. Imam Jalaluddin As Suyuthi juga menjelaskan dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shagir, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Syakban adalah bulanku, sedangkan Ramadan adalah bulan umatku.”

Dengan memasuki bulan Rajab, maka saat-saat kedatangan bulan Ramadan semakin dekat. Agar nantinya kita dapat memanfaatkan bulan suci itu dengan sebaik-baiknya  dengan memperbanyak ibadah, persiapan mesti dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelumnya, khususnya ketika memasuki bulan Rajab. Salah satunya dengan menyucikan diri memperbanyak sayyidul istigfar, bermunajat memohon ampun kepada Allah, karena manusia tempat dosa berpangku tangan.

Waktu Mustajab

Dalam kitab Imam Baihaqi yang mengutip dalam Kitab Al-Umm karangan Imam Asy-Syafi’i, beliau mengatakan bahwa doa itu dikabulkan dalam 5 (lima) malam, yaitu malam Jumat, malam iduladha, malam idulfitri, malam pertama bulan Rajab, dan malam Nishfu Syakban.

Di antara doa yang sangat baik untuk kita amalkan sepanjang bulan Rajab adalah doa singkat berikut:

“Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballighnaa Ramadhaan (Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Syakban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan)”

Adapun ulama menganjurkan untuk berdoa setiap pagi dan sore di bulan Rajab sebanyak 70 kali, yaitu Rabbighfirli warhamni watub ‘alayya (Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihilah aku dan terima taubatku).

Menjadikan lisan basah dengan doa-doa dan istigfar adalah ciri mukmin yang sejati. Hatinya terbiasa dengan mengingat Allah, lisannya terbiasa dengan melafazkan kalimat-kalimat tayibah dan pikirannya terbiasa tenang dan tentram disebabkan Allah selalu bersamanya.

Baca juga: Addin Edisi 297: Amalan Penunda Kematian

Perbanyak Puasa

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memperbanyak puasa di bulan haram, karena memiliki keutamaan yang besar. Menurut Imam Nawawi, hukum puasa di bulan Rajab adalah sunah. Tidak ada larangan untuk berpuasa di bulan ini, tetapi dianjurkan berpuasa di bulan-bulan haram, termasuk Rajab.

Diriwayatkan dari Abu Qilabah, seorang pembesar tabiin, beliau berkata, “Di surga terdapat sebuah istana yang diperuntukkan bagi orang-orang yang puasa di bulan rajab”. Perihal Abu Qilabah, Imam Baihaqi berkata, “beliau adalah pembesar tabiin, tidaklah beliau menyampaikan sesuatu kecuali karena mendengar generasi di atasnya (pada sahabat)”.

Maka dari itu tersebutlah beberapa ulama salaf yang melakukan puasa Rajab sebulan penuh di antaranya adalah Imam Abdullah bin Umar, Hasan al Bashri, Abu Ishaq as Sabi’iy, dan lainnya. Namun, Imam Hambali dan Yahya bin Sa’id Al Anshori tidak berpuasa sebulan penuh, melainkan tidak puasa satu atau dua hari di bulan Rajab.

Bagi kalangan perempuan, mendekati Ramadan menjadi alarm tersendiri untuk menunaikan puasa yang telah ditinggal sebelumnya. Mengqada puasa adalah wajib, maka bersegeralah untuk menunaikannya sebelum Ramadan berikutnya tiba.

Peristiwa Besar diwajibkannya 5 Salat Fardu

Di antara peristiwa penting yang terjadi dalam bulan Rajab ialah peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam. yang terjadi pada 27 Rajab. Pada peristiwa ini, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam melakukan perjalanan di malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis, Palestine hingga langit ketujuh atau disebut Sidratul Muntaha. Peristiwa ini terjadi pada tahun kedelapan kenabian Rasulullah sallallahu alaihi wasallam Saat di langit ketujuh, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam menerima perintah salat pertama kali yakni 50 waktu. Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam menerimanya dan kembali. Namun saat kembali, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bertemu dengan nabi-nabi lainnya dan meminta keringanan dan memperhatikan keadaan umat. Akhirnya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam meminta keringanan perintah salat menjadi 5 waktu dalam sehari.

Andaikan saat itu waktu salat tetap 50 dan tidak ada keringanan. Akankah kita sanggup melakukannya? Bahkan salat 5 waktu pun masih banyak absennya. Allahu a’lam. Peristiwa ini menjadi hikmah dan teguran untuk umat yang masih terlena dalam kehidupan dunia yang fana ini.

Raih keutamaan-keutamaan Rajab selama masih memiliki kesempatan dan peluang yang sama. Meninggalkannya adalah suatu hal yang rugi. Maka segeralah bermunajat untuk meraih ampunan dan rida-Nya.

(Penulis merupakan mahasiswi prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum) Medsos: @nuurfadhiilah20

- Advertisement -

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles