Tasbih Rindu Dari Sebuah Lagu

- Advertisement - Pfrasa_F

 

Foto : Google
Foto : Google

Oleh : Lilin Karlina*

Sore itu aku duduk di bangku samping rumahku, bersandar pada pohon  rindang di ditemani alunan gitar yang dipetik oleh jemari tanganku. Desahan angin di balik rimbunnya pohon mangga turut mengiringi syahdunya sore itu. Sesekali, terdengar deruan motor yang berlalu lalang di depan rumah, semua takku pedulikan. Posisi tetap bersandar pada batang mangga, kaki di angkat, tangan memetik tali-tali gitar yang membawaku pada kerinduan. Mata terpejam sembari menikmati syair demi syair lagu yang dilantunkan. Ya, lagu kenangan yang selalu ku ingat. Disetiap syairnya aku merindukan sosok seorang Ibu. Tak bosan-bosannya ku nyanyikan lagu ini saatku merindukannya.

Saat itu matahari tampak jelas makin menjauhi diriku yang saat itu berada di atas pepohonan yang menjulang tinggi, setiap menit makin dan makin menjauh dari pelupuk mata.  Tampak sinar jingga cerah bersinar membuat langit berwarna merah jingga, di langit  nan elok. Burung-burung terlihat kontras dan tampak jelas berterbangan ke sana ke mari, mungkin setelah mereka mencari makan seharian penuh, dan angin yang sejuk terasa berhembus lumayan cepat waktu itu. Bentukan siluet yang dihasilkan dari bayangan rumah, pepohonan, dan beberapa menara telpon menambah syahdunya suasana sore itu. Ada hal yang lebih menyita imajinasiku hingga syahdu senja takku hiraukan. Bibir ini tiada henti melantunkan lagu yang mampu menenangkan jiwa. Seakan senja itu seutuhnya adalah milikku. Sesekali air mata ini mengalir saat mengingat semua kenangan demi kenangan dan seakan dia ada disampingku, menyanyi bersamaku seakan aku berada dalam dunia nyata.

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintangan untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah

 

Seperti udara… kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas… Ibu… Ibu

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu

Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluti sekujur tubuhku

Dengan apa membalas… Ibu… Ibu

Yah,,,lagu berjudul “Ibu” karya sang legendaris musik Indonesia Iwan Fals memang sangat menyentuh bagi siapa saja yang mendengarnya. Tak luput pula bagi ku, lagu ini yang menjadi inspirasi dalam setiap langkahku. “Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu. Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu” lirik ini bagiku sangat mengingatkanku pada sebuah kehidupan sesosok ibu dan menyiratkan sebuah keinginan seorang anak kepada malaikatnya. Tak terasa mendengar dan merasakan lirik demi lirik lagu itu, berbutir-butir air mengalir dan membasahi pipiku. Lamunan demi lamunan Aku lalui dengan tangisan, mengingatkan kasih sayang seorang ibu yang menuntunku menjadi seorang yang dewasa, tetapi bukan tangisan yang dibutuhkan oleh seorang ibu melainkan doa dari seorang anak saleh yang dapat menuntunnya untuk menempuh jalan terindah yaitu di surga.

Lantunan azan berkumandang mengingatkanku untuk menghentikan segala aktivitasku. Segera ku basuh tubuhku dengan wudhu dan melaksanakan kewajiban. Di setiap sujudku selalu kulantunkan doa suci untuk sang Ibu. Seperti syair dari sang pencipta lagu, “Lalu doa-doa baluti sekujur tubuhku, dengan apa membalas… Ibu… Ibu”. Syair ini yang menjadi saksi dalam kehidupanku. Hanya doa yang bisa ku lakukan untuk ibu. Tiada kata yang bisa ku lantunkan disetiap sujud ku hanya tasbih rindu untuk ibu. Yah hanya kata rindu dalam setiap hembusan doa ku.

Setiap malamku yang penuh rindu membawaku kepada torehan tinta yang bertuliskan kata Rindu untuk Ibu dari sebuah syair-syair indah.

Tatkala jari jemari mulus

Menyusuri butir-butir kilauan mutiara tasbih

Sedang basah kucup bibir merkah mengalun irama tasbih rindu

Asyik dan lena menyebut kalimat zikrullah

 

Hanyutnya aku merangkai butiran tasbih rindu

Yang melayari malam sunyiku

Meyemarak kasih dilaut rindu

 

Mengutus deras denyut nadiku

Bagai penyejuk keringnya hatiku

Membisikkan doa hanya padamu

Tasbih rindu akan terus berlagu

Kata-kata indah yang tertorehkan di kertas putih yang kini usang dimakan waktu. Syair indah ini menjadi pengiring lagu-lagu yang ku dendangkan dikala ku merindukan akan pelukan Ibu tercinta. Dengan petikan gitar, kuselingi syair-syair indah ini disetiap bait-baitnya. Inilah caraku untuk mengurangi sedikit rindu pada ibu yang kini menjadi bidadari cantik penghuni surga.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles