Hidup Tentang Pilihan dan Tidak Kebetulan

- Advertisement - Pfrasa_F
    Buku Dadaisme. (foto/bukalapak)
  • Judul : Dadaisme
  • Penulis : Dewi Sartika
  • Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
  • Tahun Terbit : 2006
  • ISBN : 979-759-391-6
  • Tebal : 264 halaman

Peresensi: Anisa Rizwani

Nadena gadis kecil yang gemar menggambar langit, tetapi dia tidak menyukai warna biru. Dia membenci warna angkuh itu. Dia menggambarkan langit dengan warna merah muda dan matahari berwarna oranye seperti jeruk. Bahwa dia menggambar seperti itu karena tidak terpengaruh dengan apa yang dilihatnya. Sekali lagi dia menggambar langit, dan kini dia mengganti warnanya menjadi merah dengan matahari berwarna hijau . Dan gambar itu selalu dipajangnya di dinding kamarnya. Selalu langit yang tidak biasa.

Apakah dia terlalu aneh untuk anak seusianya. Dia hanya senang menggambar langit, hanya itu, Tapi seluruh orang dewasa mencemoohnya. Dia dianggap ganjil, dia dianggap tidak biasa, bahkan yang lebih tragis dia di sebut gila. Anak itu hanya menggambar langit seperti yang ada di dalam kepalanya. Dia tidak mendustai Tuhan? Bahkan, mungkin Tuhan telah memasukkan unsur-unsur warna itu di kepalanya. Dia hanya ingin mewarnai langit dengan warna kesukaannya, tidak warna kesukaan Tuhan.

Nadena tidak bisa berbicara, namun dia memiliki satu teman yang selalu menggerti dirinya. Michail sosok malaikat kecil bersayap satu dengan warna tubuh hitam kelabu, dia selalu dilihat oleh Nadena dan orang-orang yang punya kesedihan mendalam di hatinya. Orang-orang yang punya masalah dalam hidup, dan memilih mengakhiri hidupnya. Oh bagaimanapun hidup memang tentang pilihan-pilihan.

Baca juga: Mengintip Fasilitas Pusat Olahraga di Sumut

“Michail, kalau kau boleh memilih apakah hitam lebih baik daripada putih ?”

“Hitam itu agung, putih itu sahaja”

“Kenapa kau bilang putih itu sahaja ?”

“Karena manusia mati menggenakan putih, karena malaikat berwarna putih, karena tulang menyangga tubuh renta manusia berwarna putih. Karena bola mata manusia terlindungi dengan putih, karena kau membutuhkan warna putih untuk menulis.”

“Begitu banyak jawabmu.”

“Karena jawaban tidak boleh satu”

“Mengapa?”

“Karena memiliki jawaban yang hanya satu adalah lemahnya ilmu, karena jawaban yang hanya satu menyempitkan hati.”

“Tapi Tuhan satu, dan tidak bisa dua”

“Kenapa Tuhan satu?” Michail balik bertanya.

Nadena berpikir sejenak, matanya naik ke atas, lalu dengan polos dia menjawab. “Soalnya memang tidak boleh dua.”

Dadaisme menarik karena mengangkat tema psikologis, mistik dan filsafat. Tidak seperti novel kebanyakan yang mengangkat tema percintaan, keluarga, gender ataupun kritik sosial. Namun, meski begitu dadaisme bukan berarti menghilangkan tema-tema tersebut. Kisah percintaan, keluarga, hubungan gender tetap dibahas dalam novel ini, hanya saja tidak secara umum, hanya menjadi bumbu pelengkap.

Baca juga: Ekonomi Islam, Ekonomi Kemaslahatan

Diawal mungkin pembaca akan sedikit kebingungan mencerna novel karya Dewi Sartika yang pernah mendapat juara pertama sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2003 ini. Pembaca akan menemukan banyak tokoh yang seolah-olah menjadi tokoh utama dan berdiri sendiri. Padahal meski disajikan dalam dua puluh tiga fragmen yang berbeda, jika diruntut secara kronologis semua tokoh dinovel ini mempunyai keterkaitan. Unsur kebetulan sengaja dimainkan penulis sebagai alur utama. Pembacapun secara seru akan diajak pelan-pelan menemukan rahasia keterikatan tiap-tiap tokoh di novel ini.

Nadena dan Michail adalah dua dari sekian banyak tokoh di novel dadaisme. Akan tetapi sepertinya Michaillah sosok yang menjadi benang merah semua tokoh di novel ini. Michail menjadi tokoh yang menghidupkan kemistikan novel dadaisme. Nadena yang tidak bisa berbicara (lagi) dan membenci warna biru akhinya dibawa ke psikiater dr. Aleda.

Aleda adalah istri dari Arsil dan mempunyai madu bernama Tresna. Tresna memiliki dua anak hasil perselingkuhannya dengan laki-laki lain. Padahal sebenarnya Arsil yang masih sangat mencintai kekasih lamanya Isabella, berharap madu Aleda itu memberikan anak yang memang hasil benihnya. Aleda tidak bisa memberinya anak, karena rahimnya telah dibekukannya, demi menebus dosa masa lalunya dengan Magnos.

Baca juga: Iblis Yang Terbangun

Anak pertama Tresna idiot dan anak keduanya Yossy yang juga gemar menggambar dan akhirnya bertemu Michail. Isabella yang terpaksa harus menggantikan kakaknya Yusna di hari pernikahan demi menyelamatkan marwah keluarga bingung menghadapi hatinya. Dari ujung kepala hingga dada dia mencintai Arsil seutuhnya, namun dari perut hingga kakinya hanya untuk suaminya. Yusna sendiri ibu Nadena, gadis kecil yang akhirnya dapat sembuh berkat Aleda, yang sebenarnya sangat ingin dibunuh Jing. Namun Jing yang merebut Ken dari tunangannya harus lebih dahulu bertemu Michail, lalu disusul Ken juga, begitu seterusnya.

Dadaisme cukup kental dengan filsafat. Novel setebal 264 halaman ini mengajarkan pembaca bahwa dalam hidup tidak ada yang benar-benar kebetulan, yang ada hanya jalan nasib. Setiap orang saling bertemu dan akan ada jalan nasib yang bakal dilalui bersama. Begitupun menurut Jing salah satu tokoh novel ini yang memandang hidup dan mati adalah sebuah pilihan. Jika seseorang ingin hidup, maka ia akan mempunyai semangat untuk hidup. Jika dia ingin mati itu juga bukan kesalahan untuknya. Karena itu sudah menjadi pilihannya.

Editor : Rindiani

- Advertisement -

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles