Assassin’s Creed: Awal Pertikaian Assasins dan Templar

- Advertisement - Pfrasa_F
(Foto/Amazon.com)
  • Judul : Assassin’s Creed: The Secret Crusade
  • Penulis : Oliver Bowden
  • Penerbit : Ace
  • Terbit : 28 Juni 2011
  • Bahasa : Inggris
  • ISBN : 978-0441020997
  • Tebal : 511 halaman

Penulis : Mahmudi

“Our Creed does not command us to be free. It commands us to be wise.” Altair Ibn La’had.

Assassin’s Creed adalah seri permainan video ciptaan Ubisoft yang menggambarkan pertarungan panjang antara Assasins dan Templar dari masa ke masa. Bagi penggemar franchise Assassin’s Creed pasti sudah mengenal tokoh Altair sebagai leluhur para Assasins.

Meskipun Altair merupakan tokoh dalam seri pertama permainan Assassin’s Creed, kisahnya diadaptasi menjadi novel ketiga setelah Assassin’s Creed: Brotherhood.

Kisah dimulai saat Niccolo Polo, ayah Marco Polo menceritakan kehidupan Altair Ibn-La’had, seorang Assassin yang menyelamatkan Ordo. Altair yang juga berperan penting dalam menyebarkan ajaran Assassin untuk melawan Templar.

Pada masa itu, terjadi perang panjang antara Salahuddin Al-Ayyubi dengan Richard The Lion Heart memperebutkan Tanah Suci, Tanah yang dijanjikan. Tetapi, baik Assassin maupun Templar tidak punya urusan dengan peperangan tentara Muslim dan Kristen tersebut. Kedua pihak punya misi masing-masing terhadap masa depan umat manusia.

Sejatinya baik Assassin maupun Templar memperjuangkan terciptanya perdamaian. Hanya saja caranya berbeda. Assassin meyakini perdamaian dengan kehendak bebas. Sementara Templar menginginkan perdamaian di bawah penguasa agar tercipta keteraturan.

Altair yang yatim piatu dibesarkan oleh Almualim hingga ia menjadi Master Assassins di bawah bendera Masyaf. Untuk menebus kesalahan yang pernah ia lakukan, ia ditugaskan membunuh 9 Templar termasuk sang Grand Master Templar, Robert de Sable.

Ketika Altair mencapai akhir misinya saat bertarung melawan Templar yang terakhir, Robert berkata bahwa ksatria Templar tidak hanya sembilan melainkan sepuluh. Saat Altair bertanya siapa orang yang kesepuluh, Robert menjawab ia adalah Almualim.

Altair langsung bergegas ke Masyaf. Tapi terjadi keanehan di Masyaf, seluruh penduduk dikendalikan oleh pusaka yang dipegang Almualim. Apel Eden, pusaka dengan kekuatan dahsyat yang juga diincar para Templar.

Altair pun terpaksa membunuh Almualim yang telah mengkhianati Ordo dan menggantikannya sebagai Master Assassins. Tidak lama kemudian Altair menuju Siprus, yang diketahui sebagai markas besar Templar setelah Robert mati.

Puluhan tahun kemudian, Altair kembali ke Masyaf. Kelompok yang mengikuti ajaran Almualim menguasai Masyaf dan membuat kekacauan. Di usianya yang senja, Altair berhasil mengembalikan kejayaan Masyaf.

Altair merasa bahwa kekuatan Apel Eden terlalu berbahaya dan harus disembunyikan. Ia menguncinya. Dan kunci itu disembunyikan di Konstatinopel oleh Niccolo Polo. Terdapat lima kunci dan masing-masing kunci itu membawa pesan. Konon, pesan tersebut disampaikan kepada seseorang Assassin dari Italia bernama Ezio Auditore.

Novel karya Oliver Bowden ini mengambil aliran fiksi-sejarah dengan Perang Salib sebagai konflik utamanya. Jadi, ada beberapa nama dan kejadian yang nyata dan ada yang tidak. Namun, sejarah menyebutkan pada masa Perang Salib Ketiga pernah berdiri sebuah kelompok bernama Al-Hasyasyiin. Al-Hasyasyiin atau Hasyasyiyyin juga diartikan sebagai pengikut Hasan-i Sabbah, nama pemimpin mereka yang kharismatik.

Banyak cendekiawan yang masih meneliti kisah Assassin, beberapa diantaranya berasal dari perjalanan Marco Polo ke Alamut pada 1273. Juga ada disebut pertemuannya dengan Rashid ad-Dinan (Si orang tua dari gunung). Dalam novel, Rashid adalah Altair yang menitipkan beberapa artefak kepada ayah Marco Polo sebelum benteng Masyaf diserbu pasukan Mongol.

Novel ini cukup menarik bagi kamu yang menyukai sejarah. Apalagi sejarah panjang Perang Salib yang rumit dan berpengaruh pada perkembangan zaman setelahnya. Meskipun sudah ditambahi bumbu fiktif, tetapi masih ada realita sejarah yang bisa kita pelajari dari novel ini.

Editor : Rindiani

- Advertisement -

Share article

Latest articles