Persiapkan Diri Memasuki Bulan Suci

- Advertisement - Pfrasa_F
Foto: www.google.com

Penulis : Kurniawan

Sebelum memasuki bulan suci Ramadhan dengan kesiapan diri, sudah menjadi tradisi bagi sebagian umat muslim, khususnya di Indonesia bila menjelang Ramadhan tiba, mengadakan kegiatan sebagai wujud penyambutan bulan yang penuh rahmat. Banyak hal yang dilakukan masyarakat Indonesia saat menyambut bulan ini. Aceh misalnya, menjuluki tradisi menyambut Ramadhan dengan istilah “meugang”. Namun berbeda dengan masyarakat Jawa, mereka menyebutnya “megengan” dan yang paling umum dikenal dengan sebutan “punggahan”.

Tradisi punggahan biasa dilaksanakan dengan kumpul bersama. Membawa bekal, kemudian berdoa bersama dengan dipimpin Imam dan ditambah dengan sedikit tausiyah (ceramah), kemudian disambung dengan makan bersama. Banyak makna yang terkandung dari tradisi ini, diantaranya adalah mempererat tali silaturahmi, memohon maaf serta meminta doa dan barokah untuk menyambut bulan Ramadhan yang akan segera tiba. Untuk itulah, Rasulullah Saw tak lupa berpesan dalam hadistnya :

“Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda : “Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. (HR. An-Nasa’i)”.

Ramadhan  tak ubahnya adalah seperti tamu agung yang selalu dinanti-nantikan kedatangannya. Maka rugilah bagi orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, tetapi tidak mengambil sesuatu darinya. Oleh karena itu, perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah ini, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal beribadah mendekatkatkan diri kepada Allah Swt, demi meraih predikat takwa sebagai tujuan akhir di dalam bulan Ramadhan.

Namun sudah tentu bukan perkara yang mudah bagi manusia untuk konsisten dalam meraih predikat takwa tersebut, dengan demikian niat dan sifat keistiqamahan sangat diperlukan. Oleh sebab itu Allah Swt menjelasakan bagi mereka yang enggan untuk melakukan persiapan akan dihukum dengan berbagai bentuk kelemahan dan kehinaan. seperti yang dijelaskan dalam firmanNya :

“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At Taubah: 46).

Imam Abu Bakr Az Zur’i r.a juga mengemukakan dalam kitabnya Badai’ul Fawaid, bahwa dua perkara yang wajib kita waspadai. Pertama adalah kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah Allah. Akibatnyapun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridaNya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.

Dengan demikian, tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak mempersiapkan bekal untuk berangkat menyambut Ramadhan. Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan jasmani dan rohani dengan sebaik mungkin, melakukan latihan yaitu berpuasa pada bulan Syawal dan bulan Syaban agar pada bulan Ramadhan jasmani telah terbiasa dan siap tempur.

Kemudian persiapan selanjutnya yaitu perbanyak tobat, meminta ampun kepada Allah dan memohon maaf kepada sesama makhlukNya. Rasulullah Saw.bersabda:

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat”. (HR. Tirmidzi).

Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan. Salah satu, bentuk taubat sederhana yang dapat dilakukan dengan selalu meringankan lisan mengucapkan istigfar.

Namun perlu diketahui bahwa taubat bukanlah sebatas istighfar. Istighfar adalah ungkapan penyesalan dan permohonan ampun, sedangkan taubat adalah sebuah perilaku, sebuah sikap hidup yang menyeluruh, dengan mengarahakan seluruh aspek kehidupan untuk menghadap dan kembali kepada Allah Swt. Dan ini dilakukan terus menerus sampai akhir kehidupan.

Editor             : Siti Arifah Syam

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles