Masjid Tua Unik Tanah Deli

- Advertisement - Pfrasa_F
Foto: Dok. Dinamika

Oleh: Aulia Ulfa Saragih

Bangunan yang berdiri di tengah kota, dengan corak berwarna hijau khas dan kuning ini memang terlihat sedikit unik. Masjid Lama gang Bengkok namanya, berdiri sejak tahun  1890 memang dijuluki bengkok, pasalnya terletak tepat di tikungan yang bengkok pula.

Masjid Lama gang Bengkok ini adalah masjid pertama yang dibangun di kota Medan sebelum masjid Al-Osmani masuk ke dalam kawasan Medan. Namun setelah masjid Al-Osmani masuk ke dalam kawasan Medan, masjid Al-Osmanilah yang dijadikan sebagai masjid pertama yang didirikan.

Berbeda dengan masjid lainnya. Saat memandang sekilas ke arah atap masjid ini, akan terlihat mirip seperti tempat peribadatan orang Cina. Julukan masjid unik ini memang menggunakan kalimat Bahasa Arab. Didirikan oleh seorang saudagar Cina yang merantau ke tanah Deli bernama Tjong A Fie, dengan hasil perwakafan  dari salah satu saudara muslimnya.

Sekilas mengenai sejarah sebelum pembangunan masjid ini dilakukan, Tjong A Fie meminta izin kepada Sultan Deli Makmun Ar-Rasyid untuk menyelesaikannya. Dan setelah bangunan ini selesai, Tjong A Fie kembali menyerahkannya kepada Sultan Deli Makmun Al-Rasyid dengan menunjuk salah satu penasihat di kesultanan sebagai nazir dan imam masjid yaitu Syekh Muhammad Ya’kub seorang perantau yang datang dari Tapanuli Selatan.

Saat memasuki bangunan masjid, mata akan disambut dengan sesuatu yang tidak biasa . Berbeda saat memandang masjid pada umumnya. Pasalnya di dalam masjid yang terbilang unik ini terdapat satu mimbar yang terbuat dari kayu dan memiliki anak tangga sebanyak 13 buah, yang digunakan sebagai tempat khutbah Jumat. Ditambah lagi dengan dekorasi mimbar bilal saat mengumandangkan azan yang juga didesain khusus dari kayu.

Masjid ini dapat menampung hingga 2000 jamaah. Banyaknya jamaah yang datang untuk melaksanakan salat membuat masjid yang satu ini terlihat ramai dan padat. Bayangkan untuk di hari biasa saja ada sekitar 200 jamaah yang melaksanakan salat. Ditambah lagi saat pelaksanaan salat Jumat yang juga hampir mencapai 2000 jamaah, hingga menyentuh sedikit halaman dari masjid yang kebanyakannya diisi dari beberapa karyawan yang bekerja di sekitar bangunan masjid. Selain untuk beribadah, masjid yang terbilang cukup lama didirikan ini, juga rutin mengadakan pengajian di setiap malam Selasa dan Jumat yang membahas seputar ilmu tafsir.

Ustaz Hafiz Yasir adalah salah satu tokoh yang datang untuk mengajar di setiap hari Jumat ganjil. Pengajian ini yang biasanya dibuka untuk umum ini, memang kurang diminati sebab kebiasaan jamaah pengajian yang berkisar antara 20 orang saja, hingga membuat masjid terasa lengang. Hanya orang-orang tertentu saja yang rutin untuk hadir, seperti ustaz. Namun berbeda dengan suasana ramadhan, jamaah akan terlihat banyak meramaikan masjid ini yang sebenarnya diisi oleh masyarakat sekitar dengan hari yang sama pula.

Di dalam masjid jamaah juga akan dimanjakan dengan beberapa tulisan-tulisan islami. Pasalnya di dalam masjid terdapat sebuah perpustakaan, yang tentunya berisikan buku-buku Islam, majalah lama dan buku-buku umum lainnya. Perpustakaan ini dapat dikunjungi oleh siapa saja. Dahulu saat perpustakaan ini baru dibangun,  antusias masyarakat sangat tinggi untuk membaca, terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang. Namun, sangat disayangkan sampai saat sekarang ini antusias masyarakat perlahan mengurang dan hanya diminati 1 sampai 2 orang saja.

Jika mengulang sejarah dari saat pertama masjid ini dibangun, arsitektur dari bangunan masjid ini sendiri mencoba untuk memadukan antara corak bangunan dari bangsa Cina, melayu, Persia dan Eropa. Terlihat dari tiang-tiang masjid yang berdiri, dan tempat mi’raj imam. Uniknya lagi di dalam masjid ini tidak terdapat ornament kaligrafi baik itu di bagian luar, maupun di dalam masjid. Dan tepat di samping masjid tertinggal salah satu bangunan seperti bangunan Belanda yang dulunya digunakan sebagai tempat pengajian. Namun sampai saat ini telah digunakan sebagai tempat tinggal nazir dan pengurus masjid sekitar 20 nazir yang diamanahkan untuk mengurus masjid.

Selain bangunan Belanda yang sudah lama ini, di sisi belakang masjid ternyata juga terdapat bangunan yang terlihat seperti bangunan rumah melayu yang memiliki dua lantai. Ternyata bangunan ini adalah salah satu madrasah yang diberi nama Maktab Islamiyah Tapanuli, yang dulunya orang perantauan yang berasal dari Tapanuli mengkaji berbagai ilmu di dalamnya saat bangunan ini digunakan oleh Al-Jam’iatul Washliyah pada tahun 1930.

Sangat disayangkan, dulunya kerumunan anak-anak yang mengkaji ilmu sangat banyak di tempat ini, dengan bimbingan dari sebagian pengurus masjid. Namun setelah penggusuran-penggusuran dilakukan, saat ini hanya menyisakan sekitar 100 anak.

Editor                         : Siti Arifah Syam

 

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles