Sepotong Kertas

- Advertisement - Pfrasa_F
Ilustrasi: Ditanty Chica Novri

Penulis: Maya Riski

Aku bingung ingin menulis apa di selembar kertas pemberian Bang Rahman. Entah mengapa aku berniat membawanya pulang. Menyimpannya di dalam amplop merah jambu dan akan kuberi pola di ujungnya sedikit garis berbentuk hati bertinta warna merah rasaku cocok mengisi laci kamarku yang biasanya berisi angka enam koma lima pemberiannya—namun kertas ini nantinya akan kutulis angka 100 dengan warna tinta yang sama.

***

“Nya! Nya! Nya! Bangun!” Ucap Riva padaku.

“Ha…,” jawabku sambil menguap.

“Bangun kamu! Ada Pak Guru,”

Aku mulai memutar kepalaku ke arah papan tulis, dan terlihat Pak Rahman geleng-geleng kepala menatapku. “Nanti temui saya di ruang guru!” seru Pak Rahman.

***

“Kok bisa sih kamu ketiduran, Nya?” tanya Armi teman sebangkuku.

“Hehe,” jawabku nyengir.

“Iya, bisa gitu ya tidur nggak lihat situasi, lagi ujian juga,” sambung Rina.

“Memangnya kamu mimpi apa sih, Nya? Sampai segitunya ngigonya,” tanya Arni dengan wajah ingin tahu.

“Ha? Aku ngigo, ya?”

“Iyalah, kamu bilang‘ganteng, manis, tinggi, wangi, sama rapi gitu,” celetuk Arni sambil menirukan gayaku ngigo dengan adegan tangan kiri sibuk menghapus iler.

“Parah amat,” ucapku.

“Emang,” jawab mereka dengan lantang.

***

Aku memberanikan diri menemui Pak Rahman dengan membaca sepatah dua kata doa yang telah kuhapal sejak SD dengan harapan Tuhan mendengar bahwa aku sungguh sangat deg-degan, bukan karena kesalahanku, melainkan karena aku membuat kesalahan pada sosok yang salah.

Bersambung…

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles