Itu Kamu

- Advertisement - Pfrasa_F
www.google.com

Penulis: Maya Riski

Sepi itu tak akan pernah hilang

Jika kau tak menyapunya hingga depan pintu

Dan kembali dengan segenggam harapan

Yang nyatanya lupa kau letak dimana

Arni tak menggubris sedikitpun pandangan siswa lain kepadanya, pikirannya sibuk mencari sosok yang rasanya tak pernah lelah membuatnya khawatir sepanjang waktu. Nihil, tak ada seorang pun di lapangan, hanya tingal noda kemerahan di dasar lapangan. Tubuh Arni seolah kehilangan tenaga dan kegelapan menutup matanya.

***

“Dan! Nyarik apa sih? Udah setengah jam lo kamu ubek-ubek tuh sampah,” tanya Zio.

“Iya nih, aku lagi nyarik cin-cin perak, tengah-tengahnya ada  mutiaranya gitu, cincin cewek umur 7 tahun”.

“Eh itu punya lo?” tanya Zio kembali.

“Ada lihat? Serius?” tanya Dani meyakinkan.

“Iya, semalam kita bersih-bersih kelas, terus nemu. Aku pikir ntah punya siapa, lagian buat apa cincin anak kecil ada di ruangan kelas kan aneh, tapi selo gak aku buang kok. Aku simpan di laci,” jawab Zio.

***

Mata itu amat lekat melihat Arni, sabar menunggu Arni membuka mata. Seketika terbuka dan perlahan mata itu sibuk berkeliaran menangkap cahaya, dan sorotan mata itu berhenti tepat di mata Ali, namun tak ada kata yang terucap. Arni menatap lekat dan tak membiarkan pikiran mengganggunya, dia hanya ingin melihatnya.

Ali tak tahu apa yang sedang ada dalam pikiran Arni, dia pun tak berani menebak, ini kali pertama mata itu seolah ingin mengatakan banyak hal, namun tak ada kata yang menemani pertemuan ini.

***

“Li! Kemana aja? Susah banget nyarik lo,” tanya Dani.

“Eh iya.” jawab Ali malas.

Gue mau balikin sesuatu nih, udah lama banget mau balikin ini, tapi lupa terus”. Sambil mengulurkan cincin.

“Ha? Nemu di mana?” Tanya Ali kaget dengan rasa syukur yang teramat.

“Waktu itu ketinggalan di jaket yang kamu pinjem waktu hujan, karena cuma lo yang pinjem,  jadi yakin aja kalau itu punyamu. Tapi itu cincin cewek deh kayaknya”.

Ali tahu maksud dari kalimat Dani yang terasa menggantung dan penuh tanda tanya, namun Ali berusaha tak menanggapi pertanyaan itu berlebihan hanya dengan diam. Sudah beberapa hari ini Ali sibuk mencari cincin kecil milik gadis kecil 10 tahun yang lalu bernama Arnia Arnianti, sudah lama ia menyimpannya berharap suatu saat dapat mengembalikannya kepada sang pemilik.

***

“Enak Ni?” Tanya Ali kepada Arni sambil menikmati semangkuk bakso kuah.

Namun, tak ada jawaban dari Arni, mata itu masih memandang kosong kuah panas dengan kepulan asap serta aroma kaldu tanpa nafsu. Ali masih saja sibuk menyampaikan banyak hal. Hingga kalimat itu keluar begitu saja membuyarkan suasana canggung menjadi menyakitkan “Aku kayagknya suka sama seseorang deh, Ni”. Demi mendengarkan kalimat ini, Arni menatap mata itu dengan lekat dan kata itupun meluncur begitu saja “Oh, baguslah”.

Beberapa jam yang lalu

“Ni! Ini cincin kamu. Em… sebenernya udah lama aku mau kasih ke kamu, tapi aku gak berani, jadi aku mau kasih ini sekalian ada yang mau aku bilang ke kamu, em…perasaan aku maksudnya”. Kata ini amat mendebarkan diucapkan oleh Ali sambil menatap cermin dengan tangan bergetar, dengan mengulangnya berulang kali, tapi selalu saja ada kata yang menurutnya tidak cocok dan terasa ganjil. Dani yang menyaksikan itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah Ali sambil sibuk mengetik pesan WhatshApp kepada Tya, Dani dan Ali sudah sepakat akan saling membantu untuk mendapatkan pujaan hati mereka, karena Dani baru saja kehilangan hp, Ali bersedia meminjamkan hp untuk Dani gunakan menghubungi Tya, tak banyak pesan yang berisi pertanyaan untuk Tya yang dikirim Dani, hanya beberapa.

“Jangan ketawa aja dong, apalagi senyum-senyum lihat chat, katanya mau bantuin aku”.  Ujar Ali.

Hp bentar Dan, mau nge chat Arni udah siap atau belum, enggak sabar aku pengen ngasih cincin sama ngungkapin unek-unek nih, hehe. Eh, Dan, Ty bagaimana kalau yang ngirim pesan kamu?” Tanya Ali.

“Kayaknya udah deh, Li.” Jawab Dani kurang yakin.

“Yasudah aku cek dulu, deh” Pinta Dani kembali.

“Aduh, entar aja, haha. Arni udah siap, takut dia ngambek lagi kalau aku telat”. Jawab Ali.

Entah bagaimana Arni harus merespon pernyataan yang dilontarkan Ali dengan suasana yang amat sangat ganjil, tak bisakah dia memilih waktu yang lebih baik dan tepat untuk mengucapkan hal itu. Untuk hari ini saja jangan membuatnya khawatir tentang Ali, tentang persahabatan mereka, tentang rasa yang tak pernah terucap dan rasa yang tak akan pernah terucap. “Bukankah dari awal memang tak seharusnya membiarkan rasa ini tumbuh subur di tengah persahabatan, bukankah Ali memang lebih pantas bersama yang lain? Bukankah aku temannya dan aku harus mendukung pilihannya? Walaupun pilihan itu bukan aku.

***

“Ali kayakya suka aku deh, soalnya belakangan ini dia suka nge chat aku gitu, terus dia nanyak-nanyak banyak hal ke aku, Ni. Menurut kamu Ali suka aku enggak ya, Ni?” Kata Tya dengan raut wajah bahagia dan penasaran akan jawaban Arni.

Arni tahu Tya sudah lama suka dengan Ali dan mungkin saja Tya berbohong. Tapi, untuk ukuran laki-laki seperti Ali yang amat sangat cuek untuk mau bertanya banyak hal terhadap orang lain rasanya tidak mungkin. Arni sangat tahu itu. Dan artinya jawaban pertanyaan Tya adalah “iya”.

***

“Arni! Tadi kamu kok nanyak jawaban nomer lima? Kamu beneran bingung mau milih yang mana? Kan bebas Ni, Cuma mau tahu respon kita jadi jawaban tiap orang bakal beda deh. Jadi kamu jawab apa?” Tanya Ali.

“Tahu, cuma bingung mau milih C atau B”. Jawab Arni.

“Ha? Jadi kamu jawab apa tadi?” Tanya Ali kembali.

“D” Jawab Arni.

  1. Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu sedang menghadapi masalah dan dihadapkan kepada dua pilihan?

a.  Mencari jalan keluar masalah tersebut.

b. Berdiam diri

c. Menghindari masalah

d. B dan C

-The End-

Editor             : Shofiatul Husna Lubis

 

 

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles