Kunjungan Pabrik Domestik Anti Mainstream

- Advertisement - Pfrasa_F
Foto: Dok. Dinamika

Berawal dari pihak birokrat yang mengadakan kegiatan Workshop Kewirausahaan, Temu Bisnis, dan Kunjungan Lapangan Produk-Produk Argo Berorientasi Pasar Domestik dan Ekspor Sumatera Utara yang diadakan oleh UIN SU bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Masyarakat (Yapesdam) untukĀ  memperkenalkan bisnis lebih luas kepada mahasiswa UIN SU.

Mini bus kencang menyusuri jalanan, hingga sampai kami pada tujuan setelah beberapa kali putar balik arah karena salah jalan yaitu sebuah pabrik pembuatan ijuk dari sabut kelapa yang memproduksi keset di jalan bakaran batu.

Tempatnya tidak begitu istimewa, hanya tumpukan ijuk yang membumbung tinggi hingga melewati kepala orang dewasa, juga tumpukan serabut tak beraturan yang sudah lepas dari kulit kelapa dan serakan kulit kelapa yang masih belum disentuh, tepat di sebelah kiriku berdiri kokoh mesin untuk bekerja. Bapak Suyanto, pemilik usaha ini mengaku menghasilkan omset cukup besar, produk mereka juga sudah dikirim ke beberapa negara, menakjubkan bukan?

Bersama dengan lebih dari 40 peserta sekaligus mahasiswa UIN SU yang mengikuti kegiatan pada tanggal 14 November 2017 ditemani oleh WR III UIN SU bapak Amroeni Drajat, bapak Haris Ritonga dari Yapesdam, seorang konsultan wirausaha bapak Nasran Siregar, dan beberapa pegawai birokrat, kami meluncur ke pabrik selanjutnya.

Tempat yang kami singgahi selanjutnya adalah pabrik cangkang sawit yang disulap menjadi arang dan kompos. Arang cangkang sawit diekspor ke berbagai negara, seperti Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Eropa dan negara lainnya. Cangkang sawit yang diolah menggunakan teknologi modern ini menghasilkan karbon yang bisa dijadikan apa saja, seperti bahan peledak, pupuk, pensil, bahan baku baterai dan produk lainnya. Harga dedak dan arang dijual 3.500/kg. Sampah yang terlihat tak berguna, bisa menghasilkan banyak hal bermanfaat dan menguntungkan jika di tangan orang yang kompeten.

Jauh dari hiruk pikuk masyarakat kota, kami melanjutkan perjalanan tetap di kawasan Tanjung Morawa yang berada di Dusun III Naga Timbul Tanjung Morawa, yakni kilang padi milik seorang warga.

Gudang kilang padinya tidak semenarik pabrik arang cangkang sawit yang kami datangi sebelumnya, tapi cukup untuk menambah pengetahuan kami dan memotivasi peserta untuk belajar dan berwirausaha.

Dari kilang padi, kami berjalan sekitar 100 meter ke tujuan selanjutnya, yaitu pabrik kayu. Pabrik kayu ini punya lahan yang luas, tumpukan kayu masih hangat baru tiba dari hutan dan yang sudah diolah tersusun rapi sejauh mata memandang, rombongan berbondong-bondong menuju ujung pabrik, di sana terlihat tiga mesin pemotong dan pengolah kayu yang biasa digunakan pekerja. Ukuran mesin cukup besar, lebih besar dari mobil pribadi, di bawah tempat mesin itu berdiri, digali sebuah lubang dengan susunan tangga sebagai jalan turun.

Perjalanan belum selesai, pabrik selanjutnya adalah pabrik pengolah kayu menjadi produk lebih matang seperti meja, lemari dan lainnya. Tempat mereka bekerja sederhana memang, tapi produk mereka tidak sesederhana tempatnya, mereka berhasil memasarkan barang lebih luas ke Indonesia bahkan beberapa kali sudah mengekspor produk ke luar negeri.

Kurang lebih satu jam, setelah selesai melaksanakan salat zuhur dan makan siang di sela perjalanan, akhirnya kami tiba di sebuah Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Jalan Bridjen Katamso, No. 51, Medan, sebagai tujuan akhir kami hari ini.

Ruangannya sangat adem, dengan dekorasi yang mempesona pengunjung yang melihatnya. Ruangannya tersekat-sekat dengan dinding sebagai pembatas dengan ruangan sebelahnya, setiap ruangan memiliki sejarah dan cerita masing-masing, susunan karya dan sampel beberapa produk turunan kelapa sawit bertengger di sana. Mungkin si empunya galeri ingin menyampaikan bahwa kelapa sawit tidak sesederhana yang dipikirkan masyarakat kebanyakan. Kami berkeliling sambil mendengar penjelasan guide galeri mulai dari berdirinya bangunan yang mengolah kelapa sawit, kebun, hama sampai produk turunan dari kelapa sawit itu sendiri.

Pukul 15.25, panitia memutuskan untuk menyudahi perjalanan ini, tidak lupa mengambil momen berharga ini di depan bangunan galeri riset kelapa sawit. Panitia memang cukup pandai memilih tujuan akhir kami, tempat yang mempesona peserta bahkan sampai setelah perjalanan usai. Rangkaian kegiatan ini aku sebut dengan Ā jalan-jalan yang penuh dengan manfaat dan anti mainstream.

ReporterĀ Ā : Nova Riani

EditorĀ  Ā  Ā  Ā : Shofiatul Husna Lubis

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles