Cahayati, Antara Keberhasilan Bakat dan Keberuntungan

- Advertisement - Pfrasa_F
Foto : Dok. Dinamika

Penulis : Nova Riani

Cahayati, yang biasa disapa dengan cahaya ini, merupakan seseorang yang berkarya dalam bidang seni lukis dan kaligrafi atau khat naskah Al-Quran. Memulai karyanya sejak umur 18 tahun di masa perkuliahan dengan proses panjang yang sangat menginspirasi. Saat ini ia bekerja di sebuah sekolah umum Sampoerna Academy Medan sebagai guru seni. Kali ini Dinamika akan berbagi kisah inspirasi tentang perjalanan seorang gadis muda yang sukses berkarya.

Lahir dengan Bakat dan Keberuntungan

Sejak awal cahaya tidak menyadari bakatnya yang piawai menggambar, ia merasa bahwa apa yang ia buat hanya gambar biasa, namun banyak teman dan kerabat yang terus saja memuji saat melihat karya yang ia hasilkan. Berkat kalimat positif yang selalu terlontar dari banyak bibir itu, akhirnya memupuk rasa percaya dirinya untuk terus maju mendalami seni bidang lukis.

Pada sebuah kesempatan Cahaya ditawari untuk mengikuti sebuah ajang perlombaan MKQ golongan hiasan mushaf di Kabupaten Asahan, ia pulang dengan memboyong piala dan sebuah TV, Cahaya mendapat juara 2.

Cahaya menyampaikan bahwa guru kaligrafinya pernah mengatakan bahwa ia memiliki bakat dan keberuntungan yang tidak boleh disia-siakan. “Guru saya bilang, saya itu punya bakat, punya keberuntungan pula, jadi tinggal menambahkan usaha dan kerja keras saja untuk mencapai suatu prestasi, saya turut mengiyakan, karena saya percaya bahwa keempatnya harus berjalan beriringan,” ungkap Cahaya.

Kebetulan yang Diatur

Sesuai dengan namanya, ia lahir dengan bakat dan keberuntungan yang diharapkan akan membawanya menuju cahaya kehidupan masa mendatang. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Asahan, Ia melanjutkan studi di Universitas Negeri Medan jurusan Pendidikan Seni Rupa sejalan dengan bakat yang dimiliki. Perkuliahannya tetap aktif namun mengasah kemampuan bidang seni kaligrafi juga terus ia tekuni.

Belajar banyak hal katanya, Cahaya menyadari bahwa bakat, hobi, jurusan, dan pekerjaan yang ia geluti berjalan pada jalur dengan arah yang serupa. Lewat jurusan yang diampunya ia mulai beranjak belajar lebih mendalam mengenai seni lukisan, hobinya dulu yang sempat vakum saat ia mulai sibuk dengan dunia kaligrafi. “Pertama sering lihat senioran buat gambar dan lukisan wajah, harga jualnya lumayan tinggi, jadi tertarik untuk belajar melukis wajah biar bisa nambah-nambah uang jajan, kebetulan kan jurusan saya seni rupa jadi sekalian aja belajarnya jangan nanggung-nanggung,” ucap Cahaya dengan gaya ramahnya.

Sulit Itu Pasti Ada

Kita cukup paham bahwa segala sesuatu di dunia ini sangat mustahil jauh dari kesulitan, pasti selalu saja ada rintangan menghadang yang sejatinya akan membuat kuat seseorang yang mampu melawan. Hal serupa juga dialami Cahaya, perjalanannya tidak melulu mulus, bahkan aspal yang terasa halus saat kita lewati itu pun sejatinya kasar jika disentuh.

“Saat itu sepulang dari Kuliah Kerja Nyata, dari kampus menuju kos, mengendarai becak dengan barang bawaan sebanyak-banyaknya, di tengah perjalanan dua orang jambret berhasil merebut tas yang saya pegang, isinya adalah laptop dan dompet, sempat dikejar sama si tukang becak yang saya naiki, namun seberapa cepat lah laju becak itu, tidak bisa kami kejar. Ketika sampai di kos-kosan saya langsung lemas karena uang dan semua barang berharga saya ada dalam tas yang mereka curi. Bingung, namun untungnya saat itu saya langsung dapat orderan melukis seorang teman, dari sanalah saya bisa mendapat uang kembali,” tutur Cahaya geram menceritakan kisahnya.

Segudang Prestasi Membanggakan

Sebagai seorang yang sudah mampu menanggung biaya hidup sendiri di usia muda, sudah barang tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri baginya, beberapa kali juga ia sempat memberikan hadiah kecil untuk orang tua dan adik bungsunya dengan uang hasil jerih payah sendiri.

Selain berprestasi di bidang akademik banyak pula prestasi yang ia pikul dari keikutsertaannya dalam Musabaqoh Khattil Quran, dari tahun 2007 sampai 2013 ia berhasil mempertahankan juara pertama MKQ golongan yang berbeda tingkat Kabupaten Asahan, pada tahun 2012 Cahaya meraih juara dua MKQ golongan naskah putri tingkat perguruan tinggi se-Sumatera Utara.

Tahun 2014 ia kembali menyandang juara satu MKQ golongan naskah putri tingkat Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 2015 ia juga mendapat juara serupa dalam MKQ tingkat kota Medan. Setelahnya ia meraih juara ketiga MKQ golongan naskah putri tingkat Sumatera Utara. Jura tersebut berhasil mengantarnya ke tingkat MKQ nasional di Mataram, NTB, Lombok pada tahun 2016.

Tahun 2016 sampai 2018, berturut-turut ia meraih juara satu MKQ golongan naskah putri tingkat kabupaten Deli Serdang, dan meraih juara dua pada tingkat kota Medan. Berkat semua prestasinya tersebut ia mendapat penghargaan dari Rektor Unimed sebagai mahasiswa berprestasi setiap tahunnya.

Dalam dunia lukis, ia sudah banyak mendapat pelanggan yang membeli karya lukisnya, kisaran harga yang ia pasarkan mulai dari 150 ribu sampai ratusan ribu rupiah tergantung berapa wajah yang akan dilukis. Omzet yang ia dapatkan setiap minggunya berkisar ratusan ribu sampai 1 juta rupiah.

Belum puas dengan semua prestasi dan karya, ia masih memiliki keinginan yang sejalan dengan karya dan karirnya yaitu merambah ke dunia bisnis, “Keinginan paling kuat sekarang ya pinginnya bisa punya art shop yaitu toko yang menjual barang-barang seni pula,” ucapnya.

Dengan semua kemampuan dan pengalaman yang dimiliki ia mengerahkan semuanya untuk dapat mewujudkan mimpi-mimpinya.

Editor : Rizki Audina

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles